Bisnis.com, JAKARTA – BRI Ventures menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Fundnel Group untuk membentuk dana kelolaan baru, yakni Fundnel Secondaries Fund dengan target sekitar US$50 juta atau setara Rp727,13 miliar.
Kolaborasi ini diharapkan meningkatkan aksesibilitas bagi lebih banyak investor untuk berinvestasi langsung ke ekosistem start-up Indonesia yang berkembang pesat.
Kemitraan strategis ini memanfaatkan rekam jejak investasi BRI Ventures dan pengalaman Fundnel. Dana investasi ini bertujuan untuk membangun portofolio perusahaan Indonesia dengan pertumbuhan tinggi melalui jalur investasi non-tradisional yang secara langsung akan mendukung pendiri, karyawan, dan investor awal.
Baca Juga Mengintip Portofolio BRI Ventures Jelang Tambahan Modal dari BRI (BBRI), Bawa Saham Induk Terbang? |
---|
Fundnel dan BRI Ventures juga akan bekerja sama dengan perusahaan rintisan untuk menemukan proses terstruktur dan standar bagi karyawan untuk menemukan likuiditas sekunder untuk opsi saham mereka.
CEO BRI Ventures Nicko Widjaja mengatakan strategi exit lebih menantang akhir-akhir ini karena berbagai kondisi makro yang tidak menguntungkan. Melalui kemitraan eksklusif ini dengan Fundnel Group, BRI Ventures sangat antusias melakukan investasi modal pada pertumbuhan tahap akhir perusahaan untuk membantu menyediakan likuiditas di pasar.
“Kemitraan ini juga akan menjadi titik masuk yang menarik bagi dana asing yang lebih besar untuk memasuki perusahaan rintisan teknologi yang sedang berkembang di Indonesia,” kata dia dalam keterangan resmi, Senin (9/5/2022).
Sementara itu, Co-Founder dan CEO Fundnel Kelvin Lee mengatakan, Indonesia memiliki ekosistem yang sangat baik untuk start-up. MoU ini dibangun di atas kemitraan kuat dengan BRI Ventures dan dengan menggabungkan jaringan luas BRI Ventures dan pasar digital Fundnel.
“Kami yakin ditempatkan secara strategis untuk membantu start-up dalam mencapai lintasan dan potensi pertumbuhan mereka. MoU ini juga menandai komitmen kami untuk menyediakan akses dan likuiditas bagi start-up Indonesia,” jelasnya.
Selama tiga tahun terakhir, Fundnel telah menangani transaksi sekunder senilai lebih dari US$12 miliar. Dana status berlisensi dan keterlibatan mendalam pada ekosistem penggalangan dana Asia Tenggara memberikan akses yang lebih besar dan leverage harga untuk mengakuisisi saham unicorn secara regional.
Sejalan dengan gagasan untuk menciptakan akses dan likuiditas di pasar, Fundnel mencari cara untuk mengeksplorasi tokenisasi Fund on Hg Exchange (HGX) untuk menyediakan likuiditas lebih lanjut bagi investor.
Dengan tokenisasi, akses investasi dapat dibuka bagi investor untuk memanfaatkan likuiditas di HGX dan dimaksudkan untuk memungkinkan investor baru mengakses perusahaan dengan pertumbuhan tinggi di kawasan ini dengan ukuran tiket minimum US$10.000.