CISDI: Pola Asuh Buruk Jadi Penyebab Utama Stunting di Daerah

Akbar Evandio
Kamis, 28 April 2022 | 04:39 WIB
Stunting/istimewa
Stunting/istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) mengatakan pola asuh yang buruk merupakan penyebab utama tingginya angka stunting di daerah.

Direktur Program CISDI Egi Abdul Wahid mengatakan, saat ini Indonesia masih darurat stunting terutama di daerah terpencil. Penyebab terjadinya stunting di sejumlah daerah didominasi akibat pola asuh yang buruk.

Bahkan, ada beberapa daerah atau kelompok keluarga yang secara finansial cukup namun tidak memberikan pola asuh yang baik sehingga sumber daya yang mereka miliki tidak bisa meningkatkan status gizi anak yang kemudian menyebabkan stunting.

“Menurut kami paling berdampak adalah pola asuh. Ada beberapa daerah yang mungkin secara pasokan makanannya tidak ada dan biasanya daerah tersebut juga memiliki pola asuh yang buruk. Lalu ada juga daerah yang cukup ketersediaannya, tetapi pola asuhnya buruk. Ini rentan stunting, apalagi daerah yang pola asuhnya buruk dan tidak memiliki persediaan makanan, “ katanya kepada wartawan, Rabu (27/4/2022).

Berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), daerah dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Indonesia adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mencapai 48,3 persen.

Dia melanjutkan, pola asuh yang buruk ini juga dipengaruhi oleh letak geografis, seperti daerah-daerah terpencil sehingga warganya mendapatkan informasi dan edukasi mengenai pola asuh yang terbatas.

“Pada sisi edukasi, karena ketersediaan sumber daya manusia di bidang kesehatan minim dan saat itu belum banyak jaringan internet yang masuk sehingga masyarakat merasa tidak ada masalah dengan anaknya. Anaknya kurus atau anaknya tidak sesuai tinggi badan di usianya itu mereka anggap biasa atau karena keturunan,” tuturnya.

Egi juga mengatakan bahwa stunting adalah permasalahan yang kompleks. Selain faktor kesehatan, banyak faktor non-kesehatan yang menyebabkan tingginya kasus stunting di daerah seperti tingkat ekonomi rendah dan ketersediaan bahan pangan.

Menurutnya dibutuhkan solusi yang melibatkan masyarakat dan sesuai dengan kearifan lokal seperti memberikan pelatihan kepada warga lokal untuk menjadi kader posyandu yang mumpuni sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan baik.

Selain itu, optimalisasi bahan pangan lokal di setiap daerah juga menjadi penting mengingat stunting terjadi karena kurangnya asupan gizi yang cukup.

Tidak hanya itu, disebutkan penanggulangan masalah stunting juga sangat penting didasarkan pada data dan kajian yang komprehensif sehingga eksekusi strateginya tepat sasaran dan efektif saat diimplementasikan.

“Alur kegiatan, edukasi dan sosialisasi penanggulangan juga harus didukung pemahaman tentang budaya masyarakat sehingga semua elemen masyarakat dapat berperan dalam mendukung penanggulangan stunting,” kata Egi.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper