Bisnis.com, JAKARTA - Imbauan pemerintah bagi masyarakat untuk bisa mudik pada Lebaran 2022 seiring dengan melandainya kasus Covid-19 ternyata berdampak pada kelangsungan bisnis platform streaming di Tanah Air.
Salah satunya Netflix. Platform streaming terbesar itu mencatatkan penurunan pelanggan hingga 200.000 orang pada kuartal I/2022. Kabar buruk ini disebut-sebut terkait beberapa faktor, yaitu akibat makin ketatnya kompetisi serta sudah tidak diberlakukannya lagi berbagai pembatasan pandemi Covid-19 sehingga orang tidak lagi sering berada di rumah seperti sebelumnya.
Menanggapi itu, Pakar Komunikasi Universitas Padjajaran (Unpad) Justito Adiprasetio menilai meskipun ada pelonggaran pembatasan, Netflix dan streaming service lainnya masih punya harapan untuk tumbuh di Indonesia.
"Walaupun kalau kita lihat perilaku manusianya berubah, durasi dan frekuensi menonton perorang mungkin akan turun. Akan tetapi, kenyataan bahwa pandemi khususnya di Indonesia menyingkap bahwa menonton film tidak perlu lagi ke bioskop atau TV series, tidak perlu lagi mendownload atau diterpa iklan eksesif dan semakin mudah," kata Justito, Rabu (27/4/2022).
Menurut dia, walaupun secara global ini pertama kalinya Netflix mengalami penurunan pelanggan dalam satu dekade, tetapi perlu diingat bahwa hal tersebut masalah utamanya bukanlah mengenai pelonggaran restriksi pandemi semata.
Dalam konteks Indonesia, sambung Justito, pasarnya belum tergarap optimal. Secara spesifik perlu dimaksimalkan kesadaran berlangganan dan kesesuaian selera pasar Indonesia dengan konten layanan.
Baca Juga Film dan Series di Netflix yang Tayang Mei: Stranger Things, Sound of Magic, hingga Nini Thowok |
---|
"Pada kasus Indonesia, saya pikir Netflix perlu lebih banyak menggaet film maker domestik. Biayanya lebih murah, tetapi perlu dipastikan penerimaan pasarnya. Ada banyak eksperimen yang mesti dicoba," imbuh dia.
Terpisah, Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional (Mastel) Sigit Puspito Wigati Jarot secara pribadi menduga penurunan jumlah pelanggan Netflix tersebut memang terkait dengan mulai berakhirnya pandemi Covid-19. Dia menyarankan perusahaan agar berusaha mencari jalan untuk bisa tetap bertahan.
"Dengan adanya pelonggaran, kebijakan bekerja dari rumah [work from home/WFH] juga berkurang. Maka [aktivitas] akan kembali normal lagi. Dan itu memang akan selalu jadi tantangan yang menjadi keniscayaan," sebutnya.