Bisnis.com, JAKARTA - Netflix berencana merazia besar-besaran aktivitas berbagi password yang dilakukan pengguna meski tidak serumah, sebuah praktik yang sebenarnya tidak diperbolehkan.
Pakar Komunikasi Universitas Padjajaran (Unpad) Justito Adiprasetio menilai aktivitas tersebut memang dapat merugikan perusahaan. Pasalnya, di Amerika Serikat (AS) dan Kanada, terdapat 30 juta rumah tangga yang menggunakan password bersama. Di seluruh dunia jumlahnya bahkan mencapai lebih dari 100 juta rumah tangga.
"Bayangkan saja, dari data terakhir yang saya baca dari 220 juta rumah tangga yang berlangganan, 100 juta akunnya merupakan hasil sharing password. Jadi bisa diestimasi berapa besar revenue yang tidak dioptimalkan di sana," kata Justito, Rabu (27/4/2022).
Namun begitu, menurutnya hanya dengan melakukan razia pelanggan yang berbagi password tersebut tidak akan mengembalikan jumlah pelanggan pun dengan pendapatan Netflix.
Apalagi, sambung Justito, makin ke sini, kompetitor Netflix juga makin canggih sehingga pasar akan tersaturasi.
"Di satu sisi password sharing akan mencegah penurunan pelanggan Netflix terjun lebih jauh," ucap dia.
Lebih lanjut dia juga menilai rencana Netflix untuk memberikan harga langganan lebih rendah, tetapi dengan tayangan iklan juga berisiko menurunkan margin untung dan mengacaukan kompetisi harga.
Menurut dia, tren orang berlangganan hanya untuk menonton TV series atau program kesukaannya saja, dan akan berhenti berlangganan saat series tersebut sudah selesai.
"Pada kasus Indonesia, saya pikir Netflix perlu lebih banyak menggaet film maker domestik. Biayanya lebih murah, tetapi perlu dipastikan penerimaan pasarnya. Ada banyak eksperimen yang mesti dicoba," tambah dia.
Sementara itu, Bisnis telah mencoba menghubungi Netflix, tetapi manajemen belum mau memberikan tanggapan.
Dikutip dari surat pemegang saham kuartalannya, Netflix awalnya mengakui sengaja mengizinkan praktik berbagi akun di luar rumah untuk membantu pengguna bisa menggunakan layanannya. Namun kini layanan itu tak lagi dibolehkan mengingat persaingan dengan platform lain kian sengit.
"Penetrasi rumah tangga kami yang relatif tinggi, saat memasukkan sejumlah besar akun yang berbagi password, dikombinasikan dengan persaingan, menciptakan hambatan pertumbuhan pendapatan," tulis Netflix dalam suratnya.
Adapun kini perusahaan berencana untuk mempercepat pertumbuhan penayangan dan pendapatan dengan terus meningkatkan semua aspek Netflix, khususnya kualitas program.
Di sisi konten, Netflix menggandakan pengembangan cerita dan keunggulan kreatif, yang tercermin dalam hit TV pada kuartal I/2022. Di sisi produk, manajemen baru-baru ini meluncurkan "dua jempol ke atas" sehingga anggota dapat mengekspresikan dengan lebih baik apa yang benar-benar mereka sukai dibandingkan sekadar suka.
Fokus lainnya adalah cara terbaik untuk memonetisasi aktivitas berbagi password. Ini adalah peluang besar karena lebih dari 100 juta rumah tangga sudah menonton Netflix dan menikmati layanannya.
Selama masa uji coba, Netflix akan menjajal pendekatannya di tiga negara yakni Chile, Kosta Rika, dan Peru. Selain kemampuan untuk mentransfer profil tampilan ke akun baru, baik akun utama sendiri atau milik orang lain, pelanggan akan mendapatkan petunjuk untuk menambahkan penampil tambahan ke paket mereka.
Netflix memberi harga paket tambahan tersebut 2,380 CLP di Chili, US$2,99 di Kosta Rika, dan 7,9 PEN di Peru.
"Jadi sementara kita tidak akan dapat memonetisasi semuanya sekarang, kami yakin ini adalah peluang besar jangka pendek hingga menengah," tambah Netflix.