Bisnis.com, JAKARTA - Badan Aksesibilitas Telekomunikasi Indonesia (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengatakan situasi keamanan yang kurang kondusif di beberapa wilayah, salah satunya Papua menyebabkan terhambatnya pembangunan Base Transceiver Station (BTS) di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).
Menanggapi itu, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhamad Arif menilai memang tidak mudah bagi Bakti untuk mewujudkan pembangunan BTS di 4.200 desa 3T yang semula ditargetkan selesai pada Maret 2022.
Adapun beberapa hal kendalanya adalah berkurangnya ketersediaan material pembangunan akibat pandemi, kesiapan infrastruktur dasar (listrik, jalan, air), dan kondisi geografis.
Baca Juga Daftar 20 Bank Terbaik di Indonesia 2022 Versi Forbes, Ada BCA (BBCA) hingga Bank Jago (ARTO) |
---|
"Bakti tetap perlu meninjau ulang strategi implementasi jaringan yang dapat mempercepat pencapaian target. Namun mengenai faktor keamanan, saya belum bisa berkomentar lebih lanjut," kata Arif, Jumat (15/4/2022).
Kendati begitu, sebelumnya APJII turut mengutuk pelaku kerusuhan yang mengorbankan rakyat sipil dan mengganggu infrastruktur telekomunikasi di Papua beberapa waktu lalu.
Sebagaimana diketahui, pada 2 Maret 2022, terjadi insiden penyerangan pegawai Palaparing Timur Telematika (PTT) di Kampung Kago, Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB). Kejadian tersebut menewaskan delapan karyawan PTT Papua yang tengah memperbaiki Tower BTS 3 Telkomsel.
Arif menilai tindakan penyerangan itu sangat keterlaluan lantaran menimbulkan korban jiwa masyarakat sipil. Selain itu, serangan tersebut juga mengganggu proses pembangunan infrastruktur telekomunikasi di wilayah tersebut.
Menurut Arif, infrastruktur telekomunikasi bersifat netral dan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Dengan begitu, tidak semestinya menjadi sasaran kerusuhan dan kekerasan atas nama apapun.
"Kepentingan publik harus dikedepankan. Keamanan pembangunan infrastruktur telekomunikasi adalah tanggung jawab bersama. Jangan sampai ada korban lagi," ujar Arif sebagaimana dikutip dari laman resmi APJII.
Bagi APJII, mereka adalah pahlawan telekomunikasi karena telah berjuang untuk menghidupkan jaringan telekomunikasi yang memberi manfaat pada banyak masyarakat.