Tren IPO e-Commerce, Celios: Adu Kuat Ekosistem Aplikasi Super

Ahmad Thovan Sugandi
Selasa, 12 April 2022 | 08:24 WIB
Ilustrasi jual barang lewat e-commerce/Freepik.com
Ilustrasi jual barang lewat e-commerce/Freepik.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan pengamat menilai persaingan e-commerce akan berubah menjadi adu kuat ekosistem aplikasi super dengan berbagai layanannya.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menyebut, beberapa perusahaan rintisan memanfaatkan momentum dan tren positif IHSG untuk exit strategy.

"Beberapa entitas khawatir momentum akan lewat, mungkin nanti tekanan ekonomi di 2023 makin kompleks, dengan naiknya suku bunga dan inflasi lebih tinggi pasti ada perlambatan konsumsi e-commerce," ujarnya, Senin (11/4/2022).

Selain itu menurut Bhima, para e-commerce juga memanfaatkan perkembangan investor ritel saat ini yang makin tertarik pada saham perusahaan berbasis teknologi.

Namun, menurutnya investor tidak akan serta merta membeli saham e-commerce, karena belajar dari IPO Bukalapak sebelumnya. "Para investor cenderung mengincar saham top 3 e-commerce di Indonesia," ujarnya.

Sementara itu, dia menjelaskan, para e-commerce harus menyiapkan perencanaan yang matang terkait perolehan dana IPO.

"Perencanaan pemakaian dana itu lebih diperhatikan oleh para calon investor, kalau ekspansinya tidak relevan terhadap bisnis utamanya, maka bisa kurang menarik. Seperti kasus Bukalapak karena kalah di B2C, lalu merambah B2B dan justru tidak berjalan sesuai yang diharapkan," papar Bhima.

Dengan maraknya IPO, menurut Bhima persaingan e-commerce akan mengarah ke adu kuat ekosistem superapp atau aplikasi super. Hal itu karena jika suatu entitas hanya mengandalkan e-commerce, akan kalah bersaing dengan ekosistem aplikasi super yang menyediakan banyak layanan.

"Jika tidak integrasi dengan layanan lain pasti kalah, jadi harus integrasi secara horisontal, terutama dengan logistik dan sistem pembayaran," kata Bhima.

Sementara itu, Tiket.com dikabarkan menjajaki rencana penggabungan usaha atau merger dengan e-commerce milik Grup Djarum, PT Global Digital Niaga atau Blibli.

Dikutip dari Bloomberg, Jumat (8/4/2022), penjajakan rencana merger dengan Blibli dilakukan setelah diskusi Tiket.com dengan special purpose acquisition company (SPAC) atau blank-check company gagal berlanjut.

Tiket.com berpeluang digabungkan dengan Blibli, menjelang rencana penawaran umum saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sumber Bloomberg mengatakan, penawaran saham perdana untuk perusahaan gabungan dapat bernilai sekitar US$1 miliar atau setara Rp14,3 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper