Ini Tantangan Satelit LEO di Indonesia, Salah Satunya Perizinan

Rahmi Yati
Minggu, 3 April 2022 | 20:10 WIB
Siklon Tropis Surigae dilihat dari citra satelit 20 April 2021 pukul 07.00 WIB./BMKG
Siklon Tropis Surigae dilihat dari citra satelit 20 April 2021 pukul 07.00 WIB./BMKG
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – PT Dwi Tunggal Putra (DTP) terus merampungkan pembangunan portal jaringan satelit yang akan menghubungkan konstelasi satelit low earth orbit (LEO) global OneWeb ke jaringan serat optik terrestrial di Serang, Banten. 

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan yang harus diperhatikan dan dijelaskan terlebih dahulu kepada publik adalah terkait perizinan. Apakah perusahaan sudah mengantongi izin atau belum.

"Perizinan ini yang harus dijelaskan pada publik apakah sudah didapatkan karena kan ada banyak perizinan yang harus didapatkan, yaitu izin Hak Labuh di Indonesia, kemudian izin jaringan tetap tertutup [jartup] berbasis satelit VSAT [very small aperture terminal] dan atau ijin ISP [internet service provider]. Jangan sampai layanan diberikan tanpa izin pemerintah," ujar Heru, Minggu (3/4/2022).

Bukan itu saja, dia menilai satelit LEO ini rentan seperti kasus yang terjadi pada Starlink yang kehilangan banyak satelit. Menurutnya, ini harus diantisipasi dan disiapkan upaya mitigasinya ketika masalah terjadi, termasuk bila satelit keluar orbit dan jatuh ke bumi karena jaraknya sangat dekat.

Lebih lanjut Heru menambahkan, satelit LEO ini juga belum tentu akan diminati pasar secara umum kecuali untuk daerah remote, pertambangan lepas pantai, kapal laut atau lainnya. 

"Penggunaan internet satelit, meski LEO kan masalah utama adalah latency. Walaupun dari sisi coverage lebih mudah daripada tarik kabel serat optik. Namun biasanya lebih mahal sehingga belum tentu akan diminati pasar secara umum," imbuhnya.

Sebelumnya, Chief Commercial Officer DTP Edi Sugianto mengatakan saat ini progres pembangunan portal jaringan satelit telah mencapai 50 persen dan akan terus dikebut agar dapat beroperasi pada Juli 2022.

Edi mengaku saat ini kendala yang dihadapi selama proses pembangunan adalah tingginya persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam mendesain dan membangun Satellite Network Portal (SNP) yang dipercayakan kepada perusahaan. 

Namun begitu, menurutnya, DTP bisa banyak belajar tentang perhitungan dan faktor yang harus diperhatikan dalam merancang dan mengimplementasikan struktur fondasi untuk antena yang bergerak terus-menerus selama 24 jam dalam melacak dan terhubung ke konstelasi satelit OneWeb. 

"Selain itu, faktor cuaca adalah musuh terberat kami dalam proses pembangunan tersebut," imbuhnya.

Terkait perizinan, sambung Edi, saat ini DTP masih menunggu izin Hak Labuh (landing right) yang masih dievaluasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper