Terungkap! Ini Strategi Produsen Ponsel China Kuasai Pasar Global

Ahmad Thovan Sugandi
Senin, 28 Maret 2022 | 23:42 WIB
Xiaomi Redmi Note 11 dan Note 11 Pro/GSMArena
Xiaomi Redmi Note 11 dan Note 11 Pro/GSMArena
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Upaya memecah brand sesuai segmen pasar menjadikan produsen ponsel pintar disebut mendominasi pasar global, termasuk Indonesia.

Pemerhati gawai sekaligus pendiri dari Komunitas Gadtotrade Lucky Sebastian menyebut, ponsel pintar besutan produsen China yang masuk ke Indonesia dan saat ini memimpin, telah memiliki reputasi negaranya sendiri serta menguasai pasar di negaranya.

Menurutnya, kondisi saat ini berbeda dengan ponsel asal China yang dahulu pertama masuk Indonesia hanya mengejar murah dan tanpa kualitas yang baik.

"Sekarang ini ponsel pintar China standarnya juga sudah global, banyak inovasi baru, desain menarik, spesifikasi yang bagus, tersedia sampai pelosok dan harganya bersaing. Ini yang menyebabkan mereka sekarang bisa menguasai pasar Indonesia," ujarnya, Senin (28/3/2022).

Menurut Lucky, keberadaan ponsel pintar asal China memperngaruhi tren produksi dan ponsel pintar yang ada di Indonesia. ponsel pintar dari China menawarkan spesifikasi lebih tinggi dengan harga terjangkau, memaksa brand global yang sudah ada harus bisa menyainginya, dengan produk yang harganya juga bersaing dan spesifikasi memadai.

"Kalau tidak bisa bersaing hasilnya akan tergusur, dan kita sudah melihat banyak brand ternama dan besar seperti Sony, LG, HTC, dan lain sebagainya, akhirnya menghilang dari pasar di tanah air," ujarnya.

Dia menambahkan, sekarang ini ponsel pintar China makin melebarkan sayap ke banyak negara. Masih banyak area yang belum dijamah dan membuat kemungkinan secara global ekspansi ponsel pintar China masih akan berlanjut.

Menurutnya walaupun di negara maju, dengan penghasilan masyarakatnya yang lebih baik dibanding negara berkembang, ponsel pintar dengan harga murah masih tetap diterima.

"Kita lihat pasar Eropa, belum lama diserbu brand China, dengan cepat masyarakat di sana mengadopsinya, karena harganya murah dan kualitasnya juga memenuhi standar mereka. Sebelumnya ponsel pintar murah di sana agak sulit dicari," papar Lucky.

Lucky mengatakan, di Indonesia sendiri, dari 5 besar pemain ponsel pintar utama, hanya tinggal Samsung yang bertahan sebagai brarnd global dan pemain lama. Sementara sisanya didominasi brand China.

Sebagai informasi beberapa brand seperti Realme, OPPO, dan Vivo memiliki perusahaan induk yang sama, yaitu BBK Electronics Corporation, sebuah perusahaan multinasional asal China.

Menurut Lucky, strategi memecah beberapa brand ini terbukti berhasil, walau di sisi global market share OPPO belum jadi yang tertinggi. Namun jika semua market share brand BBK group digabungkan, brand milik BBK sudah menjadi brand global tertinggi.

Dia menambahkan, hal itu merupakan cara yang bagus untuk fokus pada kategori tertentu, untuk bersaing dengan brand lain, tanpa mempengaruhi brand utama. Misalnya OPPO sebagai brand utama dari BBK, memiliki standar dan kelas untuk bersaing dengan Samsung.

Di sisi lain, BBK juga harus bertarung dengan produsen senegaranya misalnya Xiaomi. Xiaomi mengeluarkan seri Redmi untuk membuat produk dengan harga super murah.

Menyikapi itu, Lucky melanjutkan, OPPO tidak bisa langsung melawan tanpa mempengaruhi standar yang sudah ditetapkan. Dengan itu brand Realme diciptakan sebagai lawan dari Redmi, semantara untuk bersaing di versi hi-end, BBK memiliki brand OnePlus.

Menurut Lucky, Indonesia menjadi pasar potensial bagi produsen asal China. Hal itu karena secara demografi Indonesia adalah pasar ke-4 terbesar di dunia, setelah China, India, dan Amerika.

Sementara itu, kondisi tersebut juga didukung dengan penduduk Indonesia yang sedang masif beralih dari analog ke digital, dan ponsel pintar di Indonesia menjadi salah satu device yang paling bayak.

"Indonesia memang salah satu target potensial dari ponsel pintar China, dengan demografi yang besar dan pasar yang berbentuk piramida, dengan bagian bawah terbesar adalah ponsel pintar low-end dan mid-end, di mana brand China sudah khatam bisa membuatnya dengan efisien dan harga yang rendah," ujar Lucky.

Adapun, menurut laporan IDC yang dipublilasi 21 Maret 2022 lalu, OPPO menguasai pangsa pasar ponsel pintar di Indonesia dengan 20,8 persen. Di posisi selanjutnya berturut-turut ada Xiaomi (19, 8 persen), Vivo (18,1 persen), Samsung (17,6) persen, dan Realme (12,2 persen)

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper