Bisnis.com, JAKARTA — Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sejak tahun 2021 membuka tujuh skema pendanaan riset dan inovasi dalam rangka akselerasi produktivitas invensi dan inovasi untuk memperkuat transformasi ekonomi yang berdaya saing dan berkelanjutan melalui penciptaan ekosistem riset dan inovasi yang sinergis.
Skema fasilitasi bersifat terbuka dan bisa diakses oleh seluruh pihak secara kompetitif baik dari akademisi, industri, dan komunitas lainnya yang terkait dengan riset sesuai dengan skema pendanaan yang tersedia.
Salah satu skema pendanaan tersebut adalah “Program Fasilitasi Pengujian Produk Inovasi Kesehatan” (PPIK), yang telah berjalan untuk gelombang I tahun 2022.
Salah satu pengujian produk inovasi kesehatan 2022 adalah adanya uji klinik prototipe implan tulang belakang. Pengembangan prototipe mengikuti tren teknologi implan tulang belakang. Kinerja prototipe telah mengalami uji dinamis (pull of test) dengan universal testing machine (UTM) dan uji pra-klinik pada kadaver.
Perekayasa Ahli Utama Pusat Riset Material Maju BRIN, Dr. Ir. I Nyoman Jujur, M. Eng, mengatakan bahwa prototipe implant tulang belakang bagian thoracolumbar adalah yang paling banyak dibutuhkan.
“Yang kami kembangkan implan tulang belakang, ditargetkan memiliki beberapa fungsi untuk memperbaiki kondisi tulang belakang. Karena dana terbatas kami memilih thoracolumbar bagian perbatasan dari tulang belakang dan paling banyak dibutuhkan dan ada pemilihan posisi,” jelas Nyoman.
Adapun manfaat kandidat adalah membentuk suatu konstuksi penyokong yang mengoreksi deformitas dan instabilitas tilang belakang, penggunaan implant tulang belakang dalam prosedur koreksi kelainan bentuk, penyakit degeneratif diskus, infeksi, tumor, maupun path tulang pada regio tulang belakang, dan substitusi impor penguatan teknologi produksi industry alat kesehatan dalam negeri.
Selain itu, wabah pandemi membuat negara kekurangan alat kesehatan/medis, salah satunya adalah alat bantu pernafasan atau yang dikenal sebagai ventilator. Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Telekomunikasi BRIN, Erry Dwi Kurniawan, Ph.D, menjelaskan mengenai pentingnya mesin ventilator.
“Pandemi ini membuka kita bahwa ketergantungan terhadap barang impor khususnya alat kesehatan masih sangat tinggi. Alat yang kita kembangkan adalah ventilator yang berfungsi sebagai alat bantu pernafasan seseorang. Mesin ventilator ini mengatur proses menghirup dan menghembuskan nafas pada pasien dan terjadi secara kontinyu,” jelas Erry.
Erry melanjutkan, ventilator tersebut harus melewati tahapan uji klinis sesuai prosedur sebelum akhirnya nanti akan dikomersialisasikan dengan mitra.
“Statusnya masih menunggu review dan tahap selanjutnya setelah clear akan mempersiapkan ventilatornya untuk uji klinis. setelah itu sterilisasi dan komersialisasi dengan mitra terkait,” pungkasnya.