Ingin Investasi ke Startup? Ini Pesan Ekonom Biar Tidak Rugi

Ahmad Thovan Sugandi
Jumat, 11 Maret 2022 | 13:41 WIB
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan modal ventura diimbau untuk tidak terburu-buru dan mementingkan jumlah valuasi sebelum melakukan investasi ke startup.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menyebut, menurunnya harga saham para startup di bursa saham merupakan indikasi bahwa langkah IPO belum tentu menandakan kinerja yang cukup baik dari startup.

"Menurut saya, ini artinya para venture capital atau VC harus lebih selektif dalam melakukan pendanaan, jangan hanya melihat valuasi," ujarnya, Kamis (10/3/2022).

Menurut Bhima para perusahaan modal ventura harus lebih ketat melakukan seleksi terhadap startup yang ingin didanai. "Mereka harus lihat dengan indikator yang bisa diukur, seperti besarnya pengguna, ekspansi, lalu juga startup yang memiliki nilai guna dan mampu memecahkan masalah," ujarnya.

Dia menjelaskan, beberapa sektor startup memiliki cukup banyak pemain dan itu menyebabkan tingkat persaingan yang tinggi. Hal itu juga akan menyulitkan startup untuk berkembang.

"Sektor e-commerce misalnya, jika ada platform e-commerce IPO, akan sulut karena sudah banyak pemainnya, para VC harusnya melihat startup dengan tingkat persaingan yang rendah tetapi menjanjikan," ujarnya.

Di sisi lain, Bhima mengatakan, pemerintah, dalam hal ini termasuk VC BUMN harus mampu menahan diri dan tidak terburu-buru melakukan pendanaan hanya karena nilai valuasi dari startup tersebut.

Menurut Bhima, pemerintah harus mengutamakan startup yang mampu menyelesaikan suatu persoalan, memberi efisiensi pada proses bisnis, dan dibutukan konsumen.

"Bukan hanya sekadar besar-besaran diskon dan promo, tetapi manfaat jangka panjang sedikit dan relatif tidak terlalu dibutuhkan konsumen," kata Bhima.

Pandangan Bhima tersebut adalah tanggapan atas buruknya peforma dua startup yang selama ini banyak dikenal di Indonesia, yaitu Bukalapak dan Grab, di pasar saham.

Menurut pantauan Bisnis, Senin (14/2/2022), BUKA mulai tercatat di BEI pada 6 Agustus 2021 dengan harga pelaksanaan Rp850 per saham. Perolehan sana IPO mencapai Rp21,9 triliun, terbesar sepanjang sejarah BEI. Sebelumnya, rekor tertinggi dipegang PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) yang meraih dana IPO senilai Rp12,25 triliun pada 2008 silam.

Namun, laju saham BUKA tidak semulus permintaan sahamnya saat IPO. Dalam 7 bulan perjalanannya di BEI, saham BUKA sempat mencapai level tertinggi Rp1.160, tetapi kemudian cenderung melemah hingga ke posisi terendah Rp314. Pada penutupan perdagangan Senin (14/2/2022) sesi I, saham BUKA turun 3,11 persen atau 12 poin menjadi Rp374.

Adapun yang digadang-gadang akan segera menyusul Bukalapak, sudah melakukan pra-IPO. Pada 11 November 2021, Grup GoTo mengumumkan penutupan pertama penggalangan dana pra-IPO yang mencapai lebih dari Rp18,56 triliun (US$1,3 miliar).

Selain itu, menurut pantauan Bisnis, Jumat (4/3/2022) lalu, Grab Holdings Inc. harus rela kehilangan valuasinya senilai US$22 miliar sejak melantai di bursa Amerika Serikat melalui perusahaan akuisisi bertujuan khusus (Special Purpose Acquisition Company/SPAC).

Valuasi perusahaan teknologi Asia Tenggara tersebut tercatat merosot 63 persen sejak debutnya sehingga membuatnya masuk di deretan emiten dengan kinerja terburuk di Nasdaq Composite Index.

Per Kamis (3/3/2022), valuasi Grab turun 37 persen yang menandai aksi jual terbesar setelah menderita kerugian hampir dua kali lipat dari tahun lalu. Penurunan itu diikuti dengan 115 juta saham berpindah tangan, lebih dari empat kali secara rata-rata selama sebulan terakhir.

Kerugian Grab mencapai US$1,06 miliar pada kuartal IV/2021, atau melebihi konsensus pengamat senilai US$645 juta. Besarnya kerugian tersebut membuat investor berpaling dari Grab ke perusahaan lainnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper