Bisnis.com, JAKARTA - Meta, raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS), menyebutkan investasi kabel bawah laut miliknya telah mendorong pertumbuhan pesat ekonomi terutama untuk kawasan Eropa dan Asia Pasifik termasuk Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian dua studi dari Analysys Mason dan RTI Internasional tentang dampak dari kabel bawah laut yang diinvestasikan Meta di dua wilayah yaitu Eropa dan Asia Pasifik, ada potensi sebesar US$600 miliar atau setara Rp8,6 kuadraliun yang bisa dihasilkan terhadap PDB di Eropa dan Asia Pasifik pada 2025.
"Secara spesifik di Indonesia, Meta memperkirakan jaringan bawah lautnya mampu berkontribusi meningkatkan PDB Nasional Indonesia hingga US$59 miliar atau Rp846 triliun secara kumulatif terhitung dalam periode 2023-2025 dengan membuka potensi lapangan pekerjaan mencapai 1,8 juta lapangan pekerjaan," demikian dikutip dari siaran pers, Rabu (2/3/2022).
Baca Juga Meta Platforms Milik Pendiri Facebook Tersingkir dari Daftar 10 Perusahaan Terbesar di Dunia |
---|
Dalam satu dekade terakhir, Meta memang memiliki pembangunan infrastruktur jaringan internet bawah laut yang masif.
Untuk kawasan Asia Pasifik saja, Meta mencatat dalam periode lima tahun terhitung sejak 2021 akan ada peningkatan pendapatan sebesar US$422 miliar atau setara Rp6.052 triliun dengan prediksi 3,7 juta lapangan pekerjaan baru terakomodir.
Adapun fokus lapangan pekerjaan mencakup sektor bidang konstruksi, telekomunikasi, dan industri berbasis layanan jasa seperti keuangan, kesehatan, teknologi, informasi, serta pendidikan pada 2025.
Meta menyebut di Asia Pasifik, kini mereka telah berinvestasi dalam dua sistem yaitu Asia- Pacific Gateway dan Jupiter. Dua sistem itu menjelajahi berbagai kawasan mulai dari Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Amerika Serikat.
Terbaru, Meta tengah menyiapkan dua kabel bawah laut bernama Echo dan Bitfrost yang diperkirakan akan tersedia antara 2022-2025 serta mulai beroperasi melewati Selat Luzon dan menjadi kabel pertama yang menghubungkan Jakarta, Indonesia secara langsung dengan Amerika Serikat.
Kabel bawah laut lainnya, yang dikenal sebagai Apricot juga akan hadir menghubungkan Singapura, Jepang, Taiwan, Guam, Indonesia, dan Filipina. Apricot akan menjadi kabel bawah laut pertama lintas Asia yang menghindari jalur terpadat di Laut Cina Selatan.
Sementara itu untuk di Eropa, lewat sistem kabel lintas samudra bernama Marea, Meta mengeklaim telah berkontribusi sekitar 18 miliar dolar AS setara Rp258 triliun terhadap PDB Eropa setiap tahunnya sejak 2019 dan dinilai setara dengan 6 persen rata- rata pertumbuhan ekonomi tahunan di Eropa.
Dengan menunjukkan komitmennya menyediakan infrastruktur jaringan di bawah laut, Meta meyakini cara tersebut dapat mendorong konektivitas global yang semakin optimal.
Cara itu juga dinilai sebagai bentuk kolaborasi antara industri dan Pemerintah Dunia memberikan akses yang setara. Dengan akses komunikasi yang stabil, tentunya Meta juga dapat menggunakan hasilnya sebagai landasan bagi bisnisnya di masa depan yaitu metaverse yang diharapkan dapat mewujudkan Mixed Reality secara maksimal.