Bisnis.com, JAKARTA - AppsFlyer, perusahaan atribusi dan analitik global merilis Tiga Tren Mobile Gaming Semester Pertama 2021, sebagai bagian dari hasil observasi berjudul Indonesia: Gaming Install Benchmarks.
Catatan ini menyoroti sejumlah tren mobile gaming sebagai hasil pengamatan pada user di Indonesia selama rentang periode Januari - Juli 2021.
Tiga tren teratas yang menarik dan pantang dilewatkan dalam laporan pengamatan ini antara lain membahas tentang budget iklan gaming yang fantastis sebesar 82,4 persen pada semester I/2021.
Selain itu, dalam laporan itu juga, diketahui gamers Indonesia “jajan” hingga Rp2.000 triliun pada aplikasi gim favorit dan kerugian akibat fraud yang mencapai hingga lebih dari Rp229 Miliar.
Menurut AppsFlyer, Indonesia memiliki angka pertumbuhan penginstalan non organik atau non-organic installs (NOIs) tercepat di antara enam negara yang diobservasi (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam).
Data yang diolah AppsFlyer mengindikasikan bahwa Indonesia mencatatkan peningkatan NOI sebesar 82,4 persen dari tahun ke tahun pada semester pertama 2021, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga Rekomendasi Smartphone untuk Main Game |
---|
Hal ini mengindikasikan marketers industri gim secara aktif dan agresif meningkatkan investasi belanja iklan demi menggaet pengguna baru di Indonesia.
Secara terperinci, data AppsFlyer juga menunjukkan mobile gamers di seluruh Indonesia tidak ragu merogoh kocek mereka dalam jumlah yang fantastis. Total belanja dari pengguna gim di Tanah Air tercatat lebih dari Rp 2,000 Triliun (setara US$ 140,9 Miliar). Dana tersebut digunakan untuk membeli item, avatar, diamond, coin dan lainnya di dalam game.
Pembelanjaan in-app purchases (IAP) pada game kategori mid-core seperti Roblox, eFootball PES, Coin Master, Genshin Impact dan Clash of Clans misalnya menjadi yang paling tinggi, bahkan tercatat hingga 95 persen dari total spending untuk gim di seluruh Tanah Air.
Sementara itu 5 persen dari pendapatan IAP lainnya terbagi atas jenis-jenis gim seperti Hardcore (lebih dari Rp 73,2 Triliun, setara US$ 5,1 Miliar), Casual (lebih dari Rp 18,6 Triliun, setara US persen 1,3 Miliar), Social Casino (lebih dari Rp 7,3 Triliun, setara US$ 515 Juta) dan Hyper Casual (lebih dari Rp 631 Miliar, setara US persen 44 Juta).
Namun, dibalik besarnya potensi pasar aplikasi gim di Indonesia, ada juga ancaman pelaku fraud. Indonesia menjadi sasaran empuk bagi pelaku fraud di Asia Tenggara dan kerugian akibat perbuatan lancung itu lebih dari Rp 229 Miliar (setara hampir US$ 16 Juta) pada semester I/2021 pertama tahun ini.
Angka ini secara mengejutkan tiga kali lebih besar dibandingkan nilai akibat fraud pada lima negara lainnya jika digabungkan. Hal ini membuat para marketers di Indonesia harus berhati-hati dan cermat dalam membelanjakan budget iklan mereka.
Data AppsFlyer mencatatkan jenis game casual di Indonesia sebagai sasaran empuk fraud yakni sebesar 30,77 persen. Sementara untuk game kelas menengah, ternyata mengalami tingkat fraud terendah, hanya sebesar 0,4 persen.
Sejak Januari sampai Juli 2021, Indonesia mengalami NOI tertinggi pada Januari (16,3 persen dibanding seluruh jenis instalasi). Tingkat NOI terendah terjadi pada Juli (12,2 persen dibanding seluruh jenis instalasi).
Indonesia memiliki NOI tertinggi pada kategori game Hyper Casual - hingga mencapai 11,9 juta instalasi. Game berjenis Hyper Casual ini alami rata-rata cost per install (CPI) terendah, hanya sekitar lebih dari Rp 700 (setara US$ 0,05)