Bisnis.com, JAKARTA – Program inkubator dan akselerator startup di Indonesia dinilai hanya mementingkan kuantitas dibandingkan kualitas.
Peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut saat ini masih sangat sedikit startup lokal jebolan inkubator yang berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
"Masalah ini memang tidak lepas dari program inkubator dan akselerator di Indonesia yang memang sedang mengejar kuantitas dibandingkan kualitas," ujarnya saat dihubungi secara daring, Kamis (2/12/2021).
Pada akhirnya, menurut Huda, banyak startup jebolan program inkubator dan akselerator (baik oleh swasta maupun pemerintah) yang berguguran. Startup yang mampu bertahan hanya sedikit dan kontribusinya terhadap ekonomi nasional juga rendah.
Huda mengatakan inkubator di Indonesia belum efektif dan startup yang dihasilkan juga relatif tidak dapat bertahan.
Selain itu, Huda melanjutkan banyak startup luar negeri yang masuk ke Indonesia dengan kondisi lebih matang. Kondisi tersebut membuat startup lokal jebolan inkubator makin kalah bersaing.
Keadaan tersebut menurut Huda dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya pendanaan. Kurangnya dana berbuntut pada ketertinggalan teknologi yang juga menjadi faktor lain lambatnya berkembang perusahaan rintisan lokal lulusan program inkubator dan akselerator.
"Oleh karena itu kalau dikatakan efektif dalam melahirkan startup yang handal, saya rasa tidak. Mereka tidak di-support juga mengenai keberlanjutan," ucapnya.