RI Punya Merah Putih Fund, IDIEC: Keberlanjutan Dipertanyakan

Ahmad Thovan Sugandi
Selasa, 23 November 2021 | 09:07 WIB
Pengelola perusahaan rintisan digital atau startup mengoperasikan program pelayanan di sebuah kantor bersama berbasis jaringan internet (Coworking space) Ngalup.Co di Malang, Jawa Timur, Senin (12/10/2020). Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan bisa menumbuhkan 750 wirausaha baru berbasis teknologi informasi atau startup digital setiap tahun untuk mendorong lebih banyak pelaku UMKM terakses digital./ANTARA FOTO-Ari Bowo Sucipto
Pengelola perusahaan rintisan digital atau startup mengoperasikan program pelayanan di sebuah kantor bersama berbasis jaringan internet (Coworking space) Ngalup.Co di Malang, Jawa Timur, Senin (12/10/2020). Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan bisa menumbuhkan 750 wirausaha baru berbasis teknologi informasi atau startup digital setiap tahun untuk mendorong lebih banyak pelaku UMKM terakses digital./ANTARA FOTO-Ari Bowo Sucipto
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Program pemerintah Merah Putih Fund dinilai serupa dengan program-program yang telah ada sebelumnya dan akan mengulangi kegagalan yang sama jika tidak direalisasi dengan serius.

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura menyebut program Merah Putih Fund sebagai sesuatu yang tidak berkelanjutan. 

"Di sisi lain pemerintah sudah memiliki 3 modal ventura di 3 BUMN yaitu MDI, BRI Capital, dan Mandiri Ventures. Mereka punya program serupa," ujarnya saat dihubungi secara daring, Senin (22/11/2021).

Menurut Tesar, jika pemerintah meluncurkan program tersebut, maka sebaiknya tiga modal ventura milik BUMN tersebut dilebur menjadi satu. 

Tesar mengatakan dengan menyatukan ketiganya akan lebih efektif dalam menjalankan program pendanaan maupun pendampingan startup lokal.

"Seharusnya ada yang menghubungkan dari program pendanaan atau pendampingan yang lama ke program yang baru, biar jelas," Kata Tesar.

Menurut Tesar, program yang mengutamakan startup lokal tersebut bertolak belakang dengan langkah yang diambil oleh sejumlah modal ventura milik BUMN. 

Tesar mengatakan para modal ventura besutan BUMN tersebut juga mengucurkan dana di sejumlah startup luar negeri. "Kalau memang merah putih ya sejak awal fokus investasi di lokal," ucapnya.

Selain itu, dia melanjutkan program Merah Putih Fund harus memiliki perencanaan dan target sektor startup yang jelas. Misalnya dengan memilih untuk fokus di startup fintech pada tahap awal program, lalu dilanjutkan dengan sektor lain. 

Tesar menyebut pemerintah harus serius dalam realisasi program dan tidak hanya mengumbar wacana startup lokal.

"Program yang ada harus dirapikan biar tidak tumpang tindih dengan program baru. Sumber pendanaannya juga harus jelas. Realisasi serius, jangan niat doang," ucapnya.

Tesar menyebut startup LinkAja adalah contoh dari kegagalan program BUMN. LinkAja merupakan hasil gabungan dari layanan beberapa bank BUMN untuk menyaingi dompet digital (0VO dan Gopay), tetapi saat ini modal ventura BUMN justru investasi ke Gojek dan Grab. 

Terkait Merah Putih Fund, menurutnya modal ventura tidak harus fokus pada target valuasi dan keuntungan. Program nasional terkait startup memang seharusnya diproyeksikan untuk kedaulatan data, bukan di keuntungan.

"Contoh aplikasi pengirim pesan, sekarang kita tidak punya yang sekuat WhatsApp, misal layanannya down berapa banyak kerugian kita. Oleh karena itu penting untuk kemandirian digital yang bisa kita kelola, bukan keuntungan terus yang dikejar jika menyangkut proyek nasional," ucapnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper