Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah pihak optimistis dengan proyeksi ke depan untuk pertumbuhan startup terutama di beberapa sektor yang menjanjikan di tengah pandemi Covid-19.
Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura untuk lima tahun ke depan bisnis daring menjadi keharusan bagi hampir seluruh sektor industri. Menurutnya ke depan startup sektor hiburan, pendidikan, energi, dan pesan antar makanan masih akan mengalami tren positif.
"Terlebih adanya pandemi, industri terkait pesan antar makanan, hiburan seperti streaming video dan musik serta pendidikan mendapat momentum untuk tumbuh. Orang butuh itu semua karena di rumah terus dan ke depan akan terus dipakai. Startup energi juga akan naik ya ke depan," ujarnya pada Bisnis, Selasa (26/10/2021).
Menurutnya, proyeksi 5 tahunan lebih tepat digunakan pada produk digital. Hal itu karena setelah 5 tahun banyak perubahan yang siginifikan pada produk digital termasuk startup.
Terkait pendanaan startup ke depan, Tesar menyebut tren bakar uang bakal mulai ditinggalkan. Menurutnya ke depan investor mulai fokus pada keuntungan.
Dia memberi contoh GoTo yang berencana IPO, menurut Tesar itu untuk membiayai operasional dan tuntutan exit dari investor. Startup sekelas GoTo tidak lagi disuntik dana melimpah oleh para investor karena biaya operasionalnya sudah sangat tinggi, sehingga IPO dipilih sebagai alternatif pendanaan.
Lebih lanjut Tesar mengatakan selama ini startup yang mencoba IPO di Indonesia cenderung gagal. Baginya IPO harus digunakan sebagai langkah inovasi baru, bukan alternatif untuk exit.
"Gagal, dalam artian investor baru yang membeli saham tidak mendapat untung bahkan cenderung rugi. Kalau dari kacamata investor lama mereka berhasil karena sudah exit dan panen keuntungan. Tidak boleh IPO untuk exit, harusnya untuk inovasi, ini mana tidak ada," ungkapnya.
Menurut tesar untuk tahun-tahun ke depan startup harus memiliki strategi bisnis yang sehat. Dengan demikian tidak tergantung pada metode bakar uang, karena menurutnya hal itu sudah usang dan tidak akan bisa digunakan untuk bertahan.
Adapun terkait tren ke depan para investor startup masih di dominasi dari luar negeri. Menurutnya para investor dan pemegang dana di Indonesia belum begitu terbiasa dengan model bisnis startup yang cenderung tidak memiliki aset kongkrit seperti tanah, gedung, dan lain sebagainya.
Sementara itu untuk proyeksi kawasan Asean, Tesar menyebut seharusnya Indonesia dapat mendominasi karena memiliki pasar yang luas. Selain itu Tesar juga menekankan bahwa status unicorn tidak lagi relevan dikejar oleh para pelaku startup untuk tahun-tahun ke depan.
"Unicorn itu parameternya tidak jelas, perusahan masih bakar duit dibilang unicorn, jadi kayak money game. Ada yang menyebut unicorn lokal, itu lebih tidak jelas lagi," ungkap Tesar.