Keamanan BTS 4G di 3T Rentan Diserang, Warga Akan Bantu Menjaga

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 6 Oktober 2021 | 09:36 WIB
Warga Desa Iseren berfoto di depan BTS 4G Bakt/ Kemenkominfo
Warga Desa Iseren berfoto di depan BTS 4G Bakt/ Kemenkominfo
Bagikan

Bisnis.com, MANOKWARI – Keamanan infrastruktur telekomunikasi menjadi tantangan dalam penggelaran jaringan di daerah 3T.  

Warga desa Iseren, Papua Barat, berkomitmen untuk menjaga Base Transceiver Station (BTS) 4G yang telah terbangun di desa mereka.   

Kepala Distrik Rumberpon Pius CB Kayukatui mengatakan masyarakat akan terlibat langsung dalam menjaga BTS 4G yang telah terbangun. 

Para warga memiliki rasa kepemilikan yang tinggi terhadap tiang pemancar teknologi generasi keempat itu. Pengrusakan BTS di sejumlah wilayah 3T oleh oknum tak dikenal, sebisa mungkin tak akan terjadi di desa Iseren. 

“Mereka menantikan BTS 4G ini dan tidak mungkin mereka akan merusak, karena kalau rusak, proses komunikasi jadi bermasalah,” kata Pius di Desa Iseren, Selasa (6/10/2021).

Sekadar informasi, aksi vandalisme kerap terjadi di sejumlah BTS 4G yang dibangun di daerah 3T. 

PT Palapa Timur Telematika, badan usaha yang membangun Palapa Ring Timur, sempat mengungkapkan sejak Januari 2019 hingga Januari 2021, telah terjadi 174 kasus vandalisme yang terjadi di proyek strategis nasional (PSN) Palapa Ring Timur.

Dari jumlah tersebut, 4 kasus diantaranya masuk dalam kategori perusakan besar dengan total kerugian ratusan miliar.

“Kerugian bisa bersumber dari aset yang dirusak dan bertambahnya beban,” kata Direktur Operasional Palapa Timur Telematika Eddy Siahaan. 

Sementara itu, Project Manager Palapa Timur Telematika Herald Napitupulu menjelaskan dari 174 kasus tersebut, mayoritas masuk dalam kategori sedang – seperti pemotongan kabel serat optik – dan kategori ringan seperti ancaman. Perbaikan dan pemulihan untuk kategori sedang membutuhkan waktu sekitar 1 bulan. 

Adapun untuk aksi vandalisme kategori berat -berupa pembakaran perangkat hingga penebangan menara telekomunikasi -  membutuhkan waktu sekitar 3 bulan – 6 bulan untuk proses perbaikan dan pemulihan jaringan, dengan biaya sekitar belasan hingga puluhan miliar.

“Awal Januari 2020 menara kami setinggi 62 meter dirobohkan dan sistem tenaga  dibakar,“ kata Herald.  

Pada 9 Januari 2021, terjadi perusakan 2 menara repeater yang terletak di atas gunung dengan ketinggian sekitar 3.000 meter.

Dampak dari perusakan tersebut, kata Herald, adalah terputusnya jaringan internet 4G milik Telkomsel -selaku penyewa - di Kota Ilaga, Ibu Kota Kabupaten Puncak.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper