Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia membutuhkan waktu sekitar 3–5 tahun untuk memiliki 25 unikorn. Saat ini, Indonesia baru memiliki 8 perusahaan rintisan dengan valuasi di atas US$1 miliar, sehingga butuh 17 startup lagi untuk mencapai target 25 unikorn.
Managing Partner Ideosource VC & Gayo Capital Edward Ismawan Wihardja mengatakan bahwa pangsa pasar Indonesia yang diprediksi tumbuh pesat membuat peluang Indonesia untuk memiliki 25 unikorn terbuka lebar.
Pertumbuhan jumlah unikorn, menurutnya, saat ini sudah terlihat di sektor finansial teknologi (fintek), khususnya yang bergerak di bidang pembayaran, peminjaman, dan manajemen keuangan.
“Perkiraan saya 3–5 tahun ke depan seharusnya bisa mencapai angka 25 unikorn, di mana prediksi pangsa pasar Indonesia untuk pertumbuhan ekosistem internet cukup pesat sampai 2025,” kata Edward, Senin (20/9/2021).
Sekadar informasi, Google dan Temasek memprediksi nilai ekonomi digital Indonesia pada 2020 mencapai US$44 miliar. Nilainya itu diproyeksi akan meningkat menjadi US$124 miliar pada 2025.
Kemudian berdasarkan Startup Report 2020 diketahui terdapat 14 perusahaan fintek yang memiliki gelar centaur awal atau perusahaan dengan valuasi berkisar US$100 juta–US$500 juta.
Perusahaan tersebut, yaitu Ajaib, Amartha, Awan Tunai, CekAja, Cermati, Koinworks, Fazzfinancial, Investree, Modalku, Oyi, Xendit, Stockbit, LinkAja, dan Dana.
Khusus untuk Xendit, belum lama ini telah mengantongi pendanaan senilai Rp2,1 triliun yang membuatnya melangkahi Kredivo dan Akulaku sebagai Centaur tahap lanjut atau perusahaan dengan valuasi di atas US$501 juta–US$999 juta.
Selain fintek, perusahaan yang bergerak di bidang edukasi dan kesehatan peluang untuk tumbuh menjadi unikorn. Begitupun dengan sektor pertanian dan pertambakan, karena Indonesia merupakan negara agraris dengan garis pantai yang terbentang lebar.
Dia mengatakan, saat ini unikorn masih didominasi oleh sektor dagang el, termasuk superapps ride hailing dan fintek.
“Perusahaan rintisan di sektor akuakultur juga sudah ada yang 1/2 unikorn, dan agritech juga,” kata Edward.