Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengandalkan Space Weather Information and Forecast Services ( SWIFtS) untuk memitigasi bahaya yang ditimbulkan dari badai matahari.
Melalui SWIFtS, Lapan dapat melihat kondisi tenaga surya (Solar), Geomagnet, dan Ionosphere hari ini dan perkiraan besok hari. Tanda-tanda Badai Matahari juga dapat dideteksi sejak dini.
Peneliti Astronomi dan Astrofisika Tiar Dani mengatakan SWIFtS merupakan layanan informasi dan prediksi cuaca antariksa. Sama seperti cuaca di Bumi, di antariksa juga ada cuaca antariksa dengan matahari sebagai sumber utama gangguannya
SWIFtS sudah tergabung dalam jejaring internasional pengamatan cuaca antariksa sebagai Regional Warning Center (RWC) Indonesia dalam organisasi International Space Environment Service (ISES) dan membuat informasi yang diberikan makin akurat.
“Kami menganalisis dari data-data pengamatan antariksa seperti matahari, magnetosfer Bumi dan ionosfer Bumi, baik dari satelit atau landas bumi, milik LAPAN atau Internasional,” kata Tiar kepada Bisnis, Senin (13/9/2021).
Tiar menambahkan tingkat akurasi prediksi cuaca antariksa Lapan saat ini di atas 70 persen. Lapan belum dapat mencapai akurasi 100 persen karena cuaca di antariksa sulit diprediksi.
Tidak hanya di Indonesia, kata Tiar, di luar negeri juga kesadaran terhadap situasi luar angkasa masih rendah. Pemahaman akan dampak cuaca antariksa ke sistem teknologi tinggi masih kurang dipahami dengan baik
“Biasanya kami menyebut prediksi kami dengan 'tepat' [correct], overestimated dan underestimated. Beberapa model prediksi cuaca antariksa kami sedikitnya memiliki tingkat akurasi diatas 70 persen,” kata Tiar.
Mengenai dampak badai matahari terhadap sistem komunikasi kabel bawah laut (SKKL), Tiar mengatakan hal tersebut dimungkinkan jika suar sangat besar terjadi di matahari (kelas X). Peluang fenomena tersebut besar terjadi di negara-negara lintang tinggi atau negara-negara dekat kutub.
“Itu dapat diprediksi oleh SWIFtS sehari sebelum fenomena terjadi. Informasi dan prediksi kondisi cuaca antariksa kami perbaharui setiap hari sekali pukul 15.00 WIB,” kata Tiar.
Tiar tidak menampik bahwa satelit rentan terhadap cuaca antariksa. Jika terjadi badai matahari akibat suar [flare] dengan kelas M atau X, maka sangat berpeluang mengganggu operasional satelit yang ada di orbit bumi.
Gangguan biasanya disebabkan partikel energi tinggi dari matahari yang terlontar saat terjadi flare atau lontaran massa korona yang berinteraksi dengan komponen elektronik di satelit.
“Mulai dari sensor dan yang terparah dapat mengalami kehilangan [total lost],” kata Tiar.