Tren IPO Startup Marak, Ini Untungnya bagi Perusahaan

Akbar Evandio
Selasa, 31 Agustus 2021 | 06:16 WIB
Ilustrasi startup/
Ilustrasi startup/
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Aksi penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) oleh perusahaan rintisan pada tahun mendatang diramal tidak hanya berfokus di level unikorn, tetapi juga centaur.

Menurut pantauan Bisnis, sejumlah perusahaan rintisan yang mengungkapkan rencana mereka untuk melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) adalah RUN System, Blibli, Tiketcom, Dekoruma, Tani Hub, dan GoTo.

Sekadar informasi, 5 dari 6 perusahaan yang berencana melakukan IPO tersebut masih belum berstatus unikorn atau perusahaan dengan valuasi di atas US$ 1 miliar, melainkan berstatus sebagai Centaur.

Centaur atau calon unikorn adalah kategori untuk startup dengan valuasi US$100 juta—US$999 juta. Dalam laporan DSInnovate Startup Report pada 2019, tercatat ada 27 centaur dari perusahaan rintisan yang berbasis di Indonesia. Adapun, pada 2020 meningkat menjadi 43 startup.

CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro optimistis akan ada banyak perusahaan rintisan yang belum menyandang gelar unikorn yang dengan berani melakukan IPO pada tahun depan.

"Peluang ke depan [ekosistem] tetap sehat dan startup merasa bahwa IPO menjadi salah satu opsi menarik yang memberikan likuiditas ke investor atau pendiri sehingga berefek pada sehatnya ekosistem," ujarnya, Senin (30/8/2021).

Lebih lanjut, dia mengatakan aksi perusahaan rintisan yang belum menyandang gelar unikorn untuk melantai di bursa sudah lama dilakukan oleh sejumlah pemain. Hal tersebut dilakukan untuk mengembangkan bisnis perusahaan.

Adapun, bisnis perusahaan akan lebih berkembang lantaran perusahaan akan mendapatkan pendanaan yang lebih terjamin. Sebab, ketika perusahaan sudah go public, maka akses ke berbagai sarana seperti bank atau pasar uang juga akan lebih mudah. Menerbitkan surat utang untuk jangka pendek atau jangka panjang pun bisa lebih mudah.

Selain itu, citra perusahaan akan meningkat karena bisnis perusahaan rintisan yang dikembangkan akan dijadikan sebagai sumber informasi. Ketika perusahaan dikenal oleh masyarakat luas, maka peluang memperoleh lebih banyak klien juga meningkat.

“Selain itu, BEI ada tiga papan yaitu utama, pengembangan, dan akselerasi. Dan, sudah ada sejumlah startup yang IPO di papan akselerasi dan pengembangan misalnya Cashlez, Pigijo, dan lainnya. Akan ada yang lainnya ke depan, tantangannya adalah untuk segera profitable dan mempertahankan profitability,” tuturnya.

Berdasarkan laporan Ernst & Young (EY), perusahaan teknologi mendominasi IPO secara global selama semester I/2021. Volume IPO secara global meningkat 140 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 1.070.

Selain itu, dari sisi nilai pun langkah IPO turut meningkat hingga 215 persen secara tahunan (yoy) atau US$ 222 miliar. Adapun, sebanyak 27 persen di antaranya atau 284 perusahan yang melakukan IPO merupakan perusahaan teknologi.

Selain IPO, Ernst & Young (EY) memperkirakan perusahaan rintisan Indonesia akan turut memilih skema merger dan akuisisi hingga akhir 2021 agar mendapatkan untung pada 2022. Jika dirinci, ada 37 persen perusahaan berencana melakukan aksi korporasi seperti merger dan akuisisi secara aktif selama pandemi Covid-19.

Selain itu, riset PwC bertajuk Global M&A Industry Trends turut mencatatkan volume merger dan akuisisi perusahaan teknologi global meningkat 34 persen secara tahunan (yoy) pada semester II/2020 dan dari sisi nilai, meningkat 118 persen.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper