Startup Wealthtech Berpotensi Jadi Primadona, Bisa Tumbuh 100 Persen

Akbar Evandio
Minggu, 1 Agustus 2021 | 16:52 WIB
Ilustrasi startup/
Ilustrasi startup/
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan bisnis perusahaan rintisan di bidang teknologi manajemen kekayaan (wealthtech) dinilai akan tumbuh deras hingga akhir 2021.

Perusahaan berbasis teknologi manajemen kekayaan (wealthtech) merupakan platform inisiatif dan alat digital yang berfokus pada pengelolaan investasi, tabungan, dan pengelolaan keuangan masyarakat.

Teknologi manajemen kekayaan bertugas untuk menganalisa keuangan personal dari seseorang, mengakses profil risiko, menentukan portofolio investasi, dan mengelolanya.

Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengatakan pertumbuhan sektor teknologi manajemen kekayaan ini makin terdorong oleh kanal digital. Bahkan, berkontribusi signifikan terhadap pembelian investasi di masa mendatang.

Menurutnya, hal ini tercermin melalui kepemilikan ponsel pintar di tengah masyarakat hingga sebanyak 345,3 juta atau mencakup 125,6 populasi di Indonesia turut mendukung peran kanal digital.

“Potensi wealthech masih sangat besar dan dengan potensi pertumbuhan hingga 100 persen hingga akhir 2021 ini,” ujarnya, Minggu (1/8/2021)

Lebih lanjut, dia menjelaskan katalis dari pertumbuhan di bisnis tersebut berlandaskan dorongan pandemi Covid-19 dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang mengakibatkan konsumen terpaksa menjajal produk investasi digital.

“Keresahan akan menurunnya daya beli menjadi pemacu utama dan daya tarik dari aplikasi-aplikasi pengelolaan keuangan ini makin digandrungi saat ini,” katanya.

Dianta meyakini kontribusi milenial adalah yang paling besar dalam sektor tersebut. Pasalnya, faktor pandemi mengakibatkan pengeluaran milenial bergeser kepada investasi.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) jumlah investor pasar modal hingga Juni 2021 mencapai 5,6 juta SID (single investor identification) yang mengartikan adanya peningkatan sebesar 44,45 persen, dibandingkan akhir 2020 yang menginjak angka 3,88 juta orang.

Laporan tersebut juga menunjukkan jumlah investor saham menginjak angka 2,51 juta SID yang memperlihatkan adanya peningkatan hingga 48,32 persen, dibandingkan dari akhir 2020 sebanyak 1,69 juta orang.

Dilihat dari usia, investor yang berusia 30 tahun ke bawah mendominasi jumlah investor atau sebanyak 58,39 persen dengan aset hingga Rp,35,77 triliun. Adapun, investor berusia 31—40 tahun mencapai 21,61 persen.

Untuk investor berusia 41—50 tahun berada di 10,93 persen. Sebaliknya, untuk investor berusia 51—60 tahun mencapai 5,68 persen dan di atas 60 tahun hanya menginjak angka 3,40 persen.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper