Bisnis.com, JAKARTA – Materi pembelajaran yang berfokus pada keterampilan praktis dan kreativitas menjadi salah satu yang membedakan aplikasi edukasi Kuncie milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dengan aplikasi lain.
GM Business Management & Growth Strategy Telkomsel Hendra Saputra mengatakan saat ini aplikasi edukasi di Indonesia umumnya berfokus pada materi pendidikan formal.
Aplikasi pendidikan memberikan materi-materi yang biasa diberikan seorang guru di kelas. Perbedaan hanya dari sisi cara materi dikemas.
Namun, Kuncie tidak ingin seperti itu. Hendra menilai jumlah orang yang menginginkan materi-materi informal cukup tinggi, terlebih tuntutan terhadap keahlian tertentu terus berkembang.
Telkomsel melalui Kuncie menghadirkan sejumlah fitur untuk membantu masyarakat memenuhi kebutuhan tersebut.
“Kuncie fokus pada kemampuan praktis, kreativitas, dan lain sebagainya yang sebenarnya lebih dapat diterapkan untuk orang-orang yang di luar usia sekolah,” kata Hendra kepada Bisnis, Senin (19/7/2021).
Tidak hanya itu, Hendra juga jeli melihat bahwa tidak semua orang betah menatap layar gawai terlalu lama. Aktivitas masyarakat terlalu padat atau memang mudah bosan saat melihat layar gawai untuk belajar.
Di Aplikasi Kuncie, kata Hendra, pengguna tidak perlu melototi layar gawai hingga 1 - 2 jam untuk menyelesaikan materi. Pengguna hanya perlu menyisikan waktu sekitar beberapa menit, untuk setiap video yang ingin dipelajari.
Selain itu, pengaturan tampilan Kuncie juga dibuat khusus untuk pengguna ponsel pintar. Hal tersebut tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat Indonesia yang lebih banyak menggunakan internet lewat ponsel dibandingkan lewat laptop.
Laporan We Are Social 202 menyebutkan dari 202,6 juta pengguna internet di Indonesia pada 2021, sebanyak 195,3 juta atau sekitar 96,4 persen merupakan pengguna ponsel pintar. Para pengguna internet menghabiskan waktu sekitar 5 jam 4 menit per hari untuk mengakses internet lewat ponsel.
“Kami ingin memberi kesempatan kepada semua orang untuk belajar lewat ponsel dengan nyaman,” kata Hendra.
Sementara itu, Executive Lead Kuncie sekaligus Komisaris Telkomsel Yose Rizal menjabarkan sejumlah permasalahan ketika orang mempelajari sebuah materi non-formal lewat aplikasi.
Pertama, pengguna bingung untuk memulai belajar dari mana dan dari siapa, pengguna khawatir materi yang diberikan tidak dapat diterapkan.
Kemudian, untuk materi nonformal dan ilmu baru, mereka juga bingung untuk bertanya ketika ada hal yang tak dimengerti. Selama ini materi lewat aplikasi atau platform edukasi disampaikan secara satu arah.
Terakhir perihal bahasa yang digunakan. Bahasa asing membuat pengguna aplikasi kesulitan dalam belajar.
Setelah melihat berbagai masalah tersebut, pada akhirnya pengguna menginginkan sebuah aplikasi edukasi yang bisa membantu meningkatkan keterampilan, memberikan ilmu, dan membangun jaringan baru.
Tidak hanya itu, aplikasi juga dikemas dengan bahasa Indonesia dan diberikan dari mentor-mentor kredibel, yang terbukti setiap tips dan trik yang diberikan dapat diimplementasikan dan tepat. Materi disusun secara runut dan juga dapat melakukan diskusi dua arah dengan mentor.
“Dari sana kami menghadirkan Kuncie kepada masyarakat Indonesia,” kata Yose.
