Perusahaan Gencar Gelar Program Cetak Talenta Digital

Akbar Evandio
Kamis, 1 Juli 2021 | 20:27 WIB
Ilustrasi transformasi digital/Flickr
Ilustrasi transformasi digital/Flickr
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Kebutuhan sumber daya manusia yang cakap teknologi atau talenta digital yang terus menjadi kebutuhan mendesak memaksa sejumlah perusahaan untuk mengembangkan program pendidikan secara mandiri.

Ragam pemain pun menyadari hal tersebut dan melakukan akselerasi secara mandiri akan menghadirkan talenta-talenta digital di Indonesia. Mulai dari PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) yang turut mempersiapkan talenta digital dengan menargetkan untuk mencetak ribuan talenta Teknologi Informasi (IT) dalam lima tahun ke depan melalui Metrodata Academy.

Selain itu, Tokopedia yang akan kembali menghadirkan konferensi teknologi tahunan START Summit keduanya pada 3 Juli 2021 dengan harapan dapat mendukung dan mengembangkan talenta digital di Indonesia.

Alibaba Cloud pun mengumumkan partisipasinya dalam program Digital Talent Scholarship yang diprakarsai Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dalam program ini, Alibaba Cloud akan meluncurkan program pelatihan dan sertifikasi untuk 1.000 peserta.

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan sebenarnya saat ini perusahaan tengah merekrut untuk kebutuhan mereka sendiri, lantaran kekurangan talenta digital masih belum teratasi hingga saat ini.

"Merekrut secara mandiri memberikan indikasi ada rasa tidak sabar perusahaan untuk menunggu hasil program pemerintah yang akan mencetak talenta digital,” katanya, Kamis (1/7/2021).

Lebih lanjut, dia mengatakan terdapat kesalahan dari sistem pendidikan di Indonesia yang mana lulusan di bidang teknologi informasi (TI) jarang yang mau menjadi pekerja di ranah tersebut setelah lulus, sehingga hal ini yang jadi kendala industri saat ini.

Alhasil, dia menilai terjadi krisis talenta digital bagi perusahaan yang membuat setiap pemain melihat ini turut menjadi peluang bisnis yang menarik.

Lebih lanjut, Tesar menjelaskan dengan mencetak talenta digital secara mandiri perusahaan ke depannya dapat menyediakan karyawan alih daya (outsourcing) untuk disalurkan ke perusahaan lainnya, apalagi peluang makin terbuka karena kekurangan SDM yang cakap teknologi memang terpaut sedikit.

Berdasarkan Riset Amazon Web Services, Inc. (AWS) dan firma konsultan bidang strategi dan ekonomi, AlphaBeta, hanya 19 persen dari seluruh angkatan kerja di Tanah Air yang mempunyai keahlian di bidang digital. Padahal, Indonesia butuh 110 juta talenta digital baru untuk mendukung ekonomi pada 2025.

Dia melanjutkan, jika mencetak secara mandiri perusahaan juga bisa memenuhi kebutuhan internal mereka dan bahkan turut menyalurkan atau menjual ke perusahaan lain.

Namun, Tesar mengatakan akan terjadi implikasi bagi pangsa tenaga kerja digital ke depan, yaitu perusahaan besar ke depan akan menguasai talenta digital yang berimbas terhadap pemain baru atau rintisan yang harus menyediakan biaya lebih tinggi untuk merekrut karyawan.

“Kalau semua talenta digital dicetak oleh pemain besar, ada potensi monopoli tenaga kerja digital ke depan yang mana startup yang ingin merekrut harus mengeluarkan biaya dua kali lipat untuk merekrut pegawai baru karena pekerja alih daya harganya cukup mahal,” ujarnya.

Dia mengatakan, jika hal tersebut terjadi maka ekosistem perusahaan rintisan di tanah air akan terganggu karena adanya kelangkaan tenaga kerja digital ke depannya yang selaras dengan terhambatnya pertumbuhan ekonomi digital.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper