Bisnis.com, JAKARTA – PT Indosat Tbk. (ISAT) mengeklaim solusi teknologi yang saat ini dihadirkan perseroan mampu menghadirkan efisiensi di industri manufaktur hingga 50 persen.
Layanan 5G akan membuat solusi makin inovatif, yang berujung pada efisiensi dan produktivitas yang semakin tinggi bagi pelanggan korporasi Indosat.
Chief Business Officer Indosat Bayu Hanantasena meyakini kehadiran jaringan 5G di Indonesia akan memacu ekosistem perangkat dan pengaplikasian 5G di Tanah Air. Ekosistem tersebut akan saling mendukung sehingga menghadirkan solusi 5G secara utuh bagi pelanggan ritel dan industri.
Indosat telah memiliki sejumlah layanan untuk manufaktur. Solusi Indosat membantu sebuah manufaktur untuk memilah produk-produk di manufaktur yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan menghadirkan efisiensi dalam produksi.
Layanan 5G akan membuat solusi yang dihadirkan semakin inovatif sehingga dapat membantu pelaku industri terlebih di saat pandemi.
“Efisiensi yang dihasilkan dari solusi yang telah berjalan bisa 40 persen - 50 persen peningkatannya, tergantung dari kondisi manufakturnya, Dengan kondisi pandemi seperti saat ini automasi di manufaktur makin diharapkan,” kata Bayu dalam konferensi virtual, Selasa (22/6/2021).
Bayu mengatakan ke depan ketergantungan industri dengan teknologi akan semakin meningkat karena ketika industri telah mengimplementasikan sesuatu maka permintaan terhadap solusi teknologi akan semakin meningkat.
Menurut laporan 5G Business Potential from Industry Digitalization, digitalisasi industri membuat pemain teknologi informasi komunikasi (TIK) berpotensi meraup pendapatan hingga US$3.458 miliar pada 2026 dan sekitar US$619 miliar disumbangkan dari 5G.
Dalam mengembangkan layanan 5G bagi industri, pemain TIK memiliki 3 peran. Masing-masing peran memilki dampak yang berbeda-beda terhadap pendapatan mereka. Jika pemain TIK hanya berperan sebagai pengembang jaringan, potensi pendapatan yang diperoleh pada 2026 mencapai US$204 miliar.
Adapun jika pemain TIK memilih berperan sebagai pengembang jaringan dan pemberdaya layanan, potensi pendapatannya lebih tinggi lagi yaitu senilai US$541 miliar. Kemudian jika operator tercatat sebagai pencipta layanan 5G untuk industri, maka potensi pendapatannya bisa mencapai US$619 miliar.
Bayu mengatakan kehadiran 4G sudah memunculkan automasi di manufaktur. Dengan hadirnya jaringan 5G, dia berharap terjadi akselerasi lebih lanjut.
Bayu juga mengatakan meski hanya menggunakan 20MHz untuk 5G, layanan yang diberikan kepada industri tetap optimal karena Indosat dapat memberikan layanan 5G dengan dedikasi khusus kepada pelanggan korporasi.
“Dengan 5G akan terjadi akselerasi. Itu yang diharapkan,” kata Bayu.