Finantier Raih Pendanaan Tahap Awal, Ini Strategi Mereka

Akbar Evandio
Rabu, 16 Juni 2021 | 12:54 WIB
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Finantier, perusahaan rintisan (startup) Open Finance Asia Tenggara yang menyediakan platform application programming interface (API), telah meraih pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh Global Founders Capital (GFC) dan East Ventures (EV).

Pendanaan sebesar 7-digit ini melebihi target perusahaan dan diperoleh pada valuasi post-money sebesar lebih dari 20 kali lipat dibandingkan dengan valuasi pre-seed pada November 2020.

Pendanaan tersebut dipimpin oleh kelompok investor ternama seperti Future Shape, perusahaan investasi dan penasehat yang didirikan oleh Tony Fadell, co-inventor dari iPhone, Partech Partners, Saison Capital, dan GMO VenturePartners. Selain itu, untuk memperkuat dewan penasihatnya, Finantier merekrut Francesco Simoneschi, Co- Founder dan CEO Truelayer bergabung dalam jajaran kelompok penasihatnya.

Beberapa investor terdahulu seperti AC Ventures, Y Combinator, Genesia Ventures, Two Culture Capital dan sejumlah angel investor ternama juga turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan ini.

Sekadar informasi, Finantier sebelumnya merupakan bagian dari batch musim dingin 2021 Y Combinator. Sejak awal tahun, perusahaan telah menambah timnya lebih dari lima kali menjadi 50 karyawan, dan memperbanyak klien serta kemitraan hingga lebih dari 50 persen per bulannya.

Co-founder and CEO of Finantier, Diego Rojas mengatakan pendanaan tersebut akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan dan memperbesar penawaran produk Finantier, melakukan ekspansi di Indonesia dan sekitarnya, serta menggandakan jumlah karyawan ke depannya.

“Open Finance adalah perpanjangan dari open banking. Open Finance memungkinkan pertukaran data finansial non-perbankan termasuk kredit dan hipotek dengan aman. Selain itu Open Finance juga memfasilitasi pertukaran terbuka data konsumen sehingga perusahaan dapat memanfaatkannya untuk menjangkau lebih banyak pelanggan sekaligus menciptakan layanan yang lebih dipersonalisasi,” katanya lewat rilisnya, Rabu (16/6/2021).

Berdasarkan riset Bain, lebih dari 70 persen orang dewasa di Asia Tenggara tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan, sedangkan jutaan usaha kecil dan menengah (UKM) menghadapi disparitas finansial yang lebar. Hal ini bisa menyebabkan tingginya populasi yang tidak memiliki rekening bank dan infrastruktur keuangan yang tidak memadai di Asia Tenggara.

Di lain pihak, banyak institusi keuangan Indonesia menghadapi kesulitan dalam memiliki akses ke data finansial konsumen yang menghambat mereka dalam menyediakan layanan keuangan seperti pembayaran, pinjaman, dan asuransi, akibat tingginya tingkat masyarakat yang tidak memiliki rekening di Indonesia.

Menurut data Bank Indonesia di East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2021, lebih dari separuh populasi (yaitu sekitar 90 juta orang dewasa) belum memiliki akses terhadap produk perbankan. Hal ini membatasi kemampuan institusi keuangan untuk mengakses data perbankan mereka untuk kelayakan produk atau layanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper