Bisnis.com, JAKARTA - Uji coba jaringan 5G yang dilakukan oleh Telkomsel dinilai masih menyasar pada segmen pengguna layanan seluler.
Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Muhammad Ridwan Effendi menilai implementasi 5G di 6 lokasi tersebut masih berkutat pada layanan seluler, karena menggunakan pita frekuensi 2,3 GHz.
Masyarakat yang gawainya telah mendukung jaringan 5G, akan merasakan kecepatan internet yang lebih ngebut dibandingkan dengan jaringan yang ada saat ini.
“5G untuk kepentingan fixed wireless akan dilayani oleh frekuensi 26 GHz,” kata Ridwan, Kamis (20/5/2021).
Dia memperkirakan karena ekosistem 5G masih tahap awal, harga paket 5G nantinya akan 20 persen lebih mahal dibandingkan dengan layanan 4G.
Tarif layanan 5G perlahan akan turun seiring dengan ekosistem yang makin matang. Hal tersebut berkaca dari kondisi 5G yang terjadi di Amerika Serikat.
“Jika lulus ULO, 5G Telkomsel menurut saya komersial paling lama 2 bulan lagi,” kata Ridwan.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menyampaikan bahwa Telkomsel saat ini sedang melakukan proses Uji Layak Operasi (ULO) teknologi 5G, dengan menggunakan pita frekuensi 2,3 GHz. Setelah diputuskan menang lelang, Telkomsel memiliki 50MHz di pita 2,3 GHz.
Jika ULO berjalan mulus dan Telkomsel dinyatakan lulus, kata Johnny, Telkomsel pada tahap awal akan melakukan peluncuran 5G di 6 lokasi residensial yaitu Kelapa Gading, Pondok Indah, Pantai Indah Kapuk, BSD, Widya Chandra dan Alam Sutera.