Gara-Gara Ini, Bisnis Seluler di Frekuensi 450 MHz Seret

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 21 April 2021 | 14:01 WIB
Teknisi memasang prangkat base transceiver station (BTS) disalah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020).
Teknisi memasang prangkat base transceiver station (BTS) disalah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020).
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat telekomunikasi menilai sedikitnya jumlah gawai yang terhubung dengan pita frekuensi 450 MHz, menjadi salah satu penyebab bisnis operator yang mengantongi izin penggunaan spektrum tersebut sulit berkembang.

Ketua Bidang Network dan Infrastruktur Indonesian Digital Empowerment Community (IDIEC) Ariyanto A. Setyawan mengatakan masalah utama pemanfaatan pita frekuensi 450 MHz adalah ketersediaan perangkat terminal pelanggan atau handset (gawai).

Gawai di pita 450MHz harus dibuat atau pesanan khusus, ini menyebabkan pergelarannya membutuhkan usaha lebih dibandingkan dengan operator seluler lainnya, yang menggunakan frekuensi dengan ekosistem gawai yang telah matang. 

"Operator pengguna 450MHz harus mengalokasikan investasi lebih untuk penyediaan handset ini. Tidak bisa dilepas pada mekanisme pasar bebas, seperti handset-handset GSM pada umumnya,” kata Ariyanto, Rabu (21/4/2021)

Sekadar informasi, pemanfaatan sebuah pita frekuensi baru dapat dirasakan manfaatnya secara optimal jika mendapat dukungan dari ekosistem perangkat – seperti handset -  dan aplikasi.

Tanpa adanya ekosistem, maka operator pengguna pita frekuensi harus membangun dari awal ekosistem, dengan turut memasarkan handset yang dapat beroperasi di pita frekuensi tertentu, agar frekuensi yang dimiliki dapat digunakan oleh masyarakat dan menghasilkan uang.

Sebagai contoh pada 2016 ketika Smartfren beralih ke 2,3 GHz, mereka membundel layanan dengan gawai dalam satu paket. Karena saat itu gawai yang menggunakan pita 2,3 GHz belum ada. Baru ada di China. 

Di samping itu, Ariyanto juga berpendapat karakteristik pita frekuensi 450 MHz, sangat cocok diimplementasikan di daerah rural. Cakupan base transceiver station (BTS) yang menggunakan frekuensi ini sangat luas.

Hanya saja, sambungnya, jika digunakan untuk kebutuhan komersial di masa depan yang membutuhkan banyak bandwidth, frekuensi ini kurang cocok dan terlalu kecil. Kecepatan maksimal untuk teknologi masa depan, sulit tercapai jika menggunakan pita frekuensi 450 MHz.

“Pita 2x 7,5 MHz [di 450MHz] sebenarnya terlalu kecil untuk kebutuhan komersial di masa depan, yang makin haus bandwidth. Hanya cukup untuk keperluan komunikasi dasar seperti panggilan suara dan pesan singkat,” kata Ariyanto.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper