Bisnis.com, JAKARTA — Pelemahan daya beli masyarakat hingga deflasi yang terjadi beberapa bulan berturut-turut pada 2024 berdampak pada penurunan permintaan di sejumlah segmen, termasuk layanan internet. Kinerja industri telekomunikasi berjalan melambat tahun lalu.
Operator telekomunikasi pun disarankan menerapkan strategi yang adaptif dalam memberikan penawaran layanan dan produk berbasis nilai untuk menjaga relevansi dan keterlibatan pelanggan di tengah pergeseran prioritas belanja masyarakat.
Diketahui pada 2024, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) mencatatkan pertumbuhan pendapatan 0,5% year on year/YoY dengan total pendapatan Rp150 triliun. Telkom mampu mempertahankan dominansi di industri dengan pangsa pasar terbesar mencapai 51,8%.
Sementara itu PT Indosat Tbk. (ISAT) menempati urutan kedua dengan porsi kontribusi pendapatan sebesar 28,1%. Pendapatan Indosat tumbuh 9% YoY dengan nilai pendapatan Rp55,9 triliun dan PT XL Axiata Tbk. menempati urutan ketiga dengan pendapatan Rp34,39 triliun.
Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Sarwoto Atmosutarno, mengatakan pertumbuhan industri telekomunikasi pada 2024 cenderung melandai akibat berbagai faktor seperti disrupsi teknologi layanan internet yang terus menggerus layanan legacy seperti SMS dan panggilan suara, serta daya beli masyarakat terhadap paket data yang mengalami tekanan.
Selain itu, kondisi perekonomian makro yang kurang stabil, membuat masyarakat mengalihkan belanja paket internet kepada harga layanan yang lebih terjangkau.
"Inflasi dan pelemahan daya beli masyarakat juga memberikan tekanan pada pertumbuhan konsumsi layanan telekomunikasi," kata Sarwoto kepada Bisnis, Rabu (30/4/2025).
Dia memprediksi bahwa pelemahan daya beli masih menjadi salah satu tantangan yang akan dihadapi tahun ini.
Senada, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Daniel Widjaja mengatakan pelemahan pertumbuhan di industri telekomunikasi disebabkan oleh beberapa hal, dengan faktor utama adalah dari sisi makro dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan menghadapi gejolak dan berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat.
“Hal ini berimbas pada penurunan pembelian paket data oleh masyarakat,” kata Daniel.
Adapun untuk meningkatkan pendapatan di tengah kondisi yang sulit, menurut Daniel, operator perlu mencari sumber pendapatan baru misalnya dari layanan internet tetap, wholesales, layanan digital dan lain-lain.
Selain itu harga layanan data di Indonesia masih tergolong salah satu yang terendah di dunia. Sehingga kondisi ini membuka peluang bagi industri telekomunikasi nasional untuk mengoptimalkan monetisasi ke depan melalui penyesuaian harga yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.
“Dan pada saat ini para operator sedang mencari peluang baru dalam bisnis data center untuk menggarap trafik data terkait AI,” kata Daniel.
Sebelumnya, Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan tahun 2024 merupakan periode yang penuh tantangan bagi sektor telekomunikasi di Indonesia, dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi yang melemah akibat ketidakstabilan global, serta persaingan industri yang semakin meningkat.
Namun demikian Telkom dapat menutup tahun dengan kinerja dan capaian yang positif. Ini mencerminkan bahwa strategi transformasi perusahaan yang dijalankan sudah berada pada koridor yang benar.
“Melalui optimalisasi infrastruktur, inovasi layanan digital, serta penguatan kemitraan strategis, kami terus berupaya untuk menghadirkan solusi yang relevan bagi pelanggan dan mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia,” kata Ririek.
President Director and Chief Executive Officer Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha menegaskan tahun lalu merupakan tahun yang penuh tantangan. Kendati demikian, Indosat berhasil mempertahankan kinerja yang kuat.
“Kinerja keuangan dan operasional yang solid ini juga menegaskan komitmen Indosat untuk terus mendorong kemajuan ekosistem industri telekomunikasi di Indonesia,”