Bisnis.com, JAKARTA – Agresifnya vendor ponsel pintar asal China untuk merambah segmen premium dinilai belum bisa mengguncang dominasi pemain asal Korea Selatan dan Amerika Serikat, yaitu Samsung dan Apple.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Ponsel Seluruh Indonesia (APSI) Ina Hutasoit menjabarkan ponsel pada kelas premium saat ini memiliki 5—20 persen pangsa pasar yang masih terbagi dalam 4 kelas.
“Masih dibagi lagi kelas premium itu yaitu sesuai harga mereka, yaitu kelas Rp5 juta [entry level], Rp10 juta, Rp15 juta dan di atas Rp15 juta. Dan tentunya dengan feature yang kurang lebih sama,” katanya saat dihubungi Bisnis, Selasa (7/4/2021).
Lebih lanjut, dia menjelaskan segmen kelas premium menitikberatkan lebih kepada preferensi merek sehingga langkah vendor ponsel asal China yang menawarkan harga murah untuk meningkatkan penjualan hanya akan terjadi di entry level.
Namun, dia mengatakan untuk brand di atasnya yang mempunyai ceruk pasar loyal, masuknya pemain asal China belum menjadi ancaman. Bahkan, hingga akhir tahun ini.
Penyebabnya, dia melihat pangsa pasar untuk ponsel dengan harga di atas Rp15 juta sulit untuk goyah dan beralih brand sehingga pemain China hanya bisa agresif di kelas Entry Level atau ponsel yang memiliki harga Rp 5 jutaan.
“Samsung masih akan memimpin pasar [segmen premium], Vivo dan Oppo memang punya peluang, tetapi di Entry Level dengan feature mereka yang makin matang dan menarik. Sedangkan, Apple punya ceruk pasar yang setia dan seri mereka yang tidak banyak membuat Apple selalu masuk di kelas teratas pada High Premium ponsel [di atas 15 juta],” tuturnya.
Namun, Ina melihat saat ini terdapat ancaman lain yaitu kekurangan bahan mentah bagi ponsel pintar di tingkat global, termasuk cipset dan baterai. Tetapi, dia optimis untuk pasar Indonesia kelangkan cip belum mengganggu karena pasokan dan permintaan yang cukup stabil.
“Masih stabil [pasokan dan permintaannya] terutama di saat pandemi banyak orang menunda membeli product mewah. Apalagi ponsel segmen premium. Saat ini cara bertahan yang baik bagi pemain premium di pasar Indonesia adalah mengatur stok yang ada dan tidak perlu meluncurkan banyak tipe, sambil menunggu keadaan ekonomi mulai normal,” kata Ina.
Dikutip melalui Bloomberg, Laba Samsung Electronics Co untuk kuartal I/2021 naik 44 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan perilisan ponsel pintar dengan fitur premiumnya diyakini melunakkan pukulan dari kerugian besar akibat kelangkaan cip yang tengah terjadi di tingkat global.
Berdasarkan riset dari Counterpoint mendukung lonjakan terhadap laba Samsung dilandasi peluncuran seri Galaxy S21, di mana penjualannya dua kali lebih banyak dibandingkan versi sebelumnya.
Harga awal yang lebih rendah untuk flagship tersebut dinilai terbukti mendorong penjualan. Berdasarkan The Economic Times harga S21 berada di angka 1 juta won (Rp12,8 juta) atau di bawah harga S20 yang memiliki harga Rp13 juta.