Momentum Vaksinasi Jadi Harapan Vendor Ponsel untuk Pulih

Akbar Evandio
Kamis, 18 Maret 2021 | 18:16 WIB
Dua orang membuka laman Google dan aplikasi Facebook melalui gawainya di Jakarta, Jumat (12/4/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Dua orang membuka laman Google dan aplikasi Facebook melalui gawainya di Jakarta, Jumat (12/4/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Ponsel Seluruh Indonesia (APSI) meyakini program vaksinasi Covid-19 dapat mendongkrak permintaan ponsel pintar dan memulihkan pasar lebih cepat.

Sekretaris Jenderal APSI Ina Hutasoit mengatakan bila program vaksinasi dapat rampung pada akhir 2021, hal itu dapat mempercepat ritel untuk memasok ponsel sehingga penjualan tidak hanya bergerak di sektor daring saja.

“Diharapkan 2021 lebih baik sejalan dengan pandemi Covid-19 yang mulai terkendali. Katalisator [pasar] ponsel adalah bila program vaksinasi selesai menjelang akhir tahun ini. Namun, belum ada target untuk potensi pertumbuhannya yang pasti lebih baik dari 2020, mungkin [meningkat] 10 persen lebih tinggi dari capaian 2020,” katanya.

Berdasarkan Quarterly Mobile Phone Tracker International Data Corporation (IDC), pengiriman ponsel pintar di Indonesia mencapai 11,7 juta unit pada kuartal IV/2020 yang menutup tahun tersebut dengan total 36,8 juta unit dan pertumbuhan tahunan 1 persen.

Market Analyst IDC Indonesia Risky Febrian mengatakan pasar ponsel mengalami penurunan tajam sebesar -18 persen dibandingkan tahun sebelumnya (YoY) pada kuartal I/2020 karena PSBB diterapkan. Tetapi pasar diakuinya dapat pulih dengan cepat pada kuartal II/ 2020 dengan mencatatkan pertumbuhan 19 persen YoY.

“Tertahannya pembelian ponsel pintar karena kekurangan pasokan dan penutupan ritel pada kuartal kedua 2020 ditambah peningkatan utilitas ponsel untuk mendukung berbagai aktivitas di rumah menyebabkan pemulihan yang cepat sepanjang paruh kedua 2020,” ujarnya.

Dia menilai, daya beli konsumen yang lebih rendah dan kebutuhan akan ponsel yang layak mendorong pertumbuhan segmen low-end (US$100<US$200) untuk mencapai 65 persen pangsa pasar, naik dari 45 persen pada 2019. Adapun, merek-merek utama ponsel Android bersaing ketat dalam segmen harga ini.

“Pasar ponsel Indonesia mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19 yang mengubah bagaimana cara orang berinteraksi. Kebutuhan akan ponsel melonjak, baik itu untuk mendukung Work-from-Home, Home Based-Learning, layanan streaming hiburan, atau sekedar berkomunikasi secara virtual,” katanya.

Dia melanjutkan, penerapan regulasi registrasi International Mobile Equipment Identity (IMEI) juga terus menunjukkan hasil yang positif, dengan meminimalisir peredaran ponsel ilegal di pasaran.

“Faktor ini diperkirakan memiliki peran besar untuk pemulihan pasar ponsel lebih lanjut pada tahun ini dan seterusnya, di mana kami memperkirakan akan [pangsa pasar] tumbuh sekitar 20 persen pada 2021," ujarnya.

Berdasarkan laporan yang sama, 5 merek ponsel terbaik Indonesia pada kuartal IV/2020 masih dipertahankan oleh ponsel asal China. Vivo sebagai pemimpin pasar sepanjang tahun karena mengandalkan jaringan luas unorganized retail channel yang masih beroperasi selama PSBB.

Vivo dinilai berfokus pada segmen low-end (US$100<US$200) dengan line-up Y-series. Sebaliknya, OPPO dengan cepat menyelesaikan masalah inventaris yang dihadapi pada awal tahun dan pulih di semester II/2020, terutama karena pasar ritel dibuka kembali setelah PSBB sehingga membuat mereka mempertahankan dominasinya di segmen mid-range (US$200<US$400).

Sementara itu, pada posisi ketiga Xiaomi memperluas jaringan distribusinya untuk memastikan ketersediaan produk yang lebih luas dan secara positif diuntungkan dari peraturan IMEI. Xiaomi juga memperluas pangsa di segmen kelas mid-range, didorong oleh seri Redmi Note 9 Pro dan pengenalan merek POCO di semester II/2020.

Selanjutnya, realme mempertahankan pertumbuhan tahunan yang sehat di setiap kuartal meskipun terhalang oleh masalah pasokan yang terbatas di kuartal pertama tahun ini. Kinerja memuaskan ini berkat penawaran produk kelas low-end dan inisiatif pemasaran digital yang agresif.

Adapun, Samsung memperkuat posisinya di segmen ultra-low-end (<US$100) dan low-end (US$100<US$200) dengan seri A-nya, menyumbang dua pertiga dari pengirimannya pada 2020. Sayangnya, di sisi lain Samsung kesulitan untuk bersaing di pasar kategori kelas mid-range (US$200<US$400).

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper