Lelang 2,3 GHz Dibuka Lagi, XL Siap Terlibat, Indosat Pelajari Dahulu

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 15 Maret 2021 | 18:54 WIB
Ilustrasi: Teknisi memasang prangkat base transceiver station (BTS) disalah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020).
Ilustrasi: Teknisi memasang prangkat base transceiver station (BTS) disalah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020).
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — PT XL Axiata Tbk. (EXCL) menyatakan siap terlibat dalam lelang pita frekuensi radio 2,3 GHz pada tahun ini, sedangkan PT Indosat Tbk. (ISAT) memilih untuk mengkaji lebih dahulu.

Group Head Corporate Communications XL Axiata Tri Wahyuningsih mengatakan bahwa perseroan mendukung proses lelang pita frekuensi radio 2,3 GHz yang diselenggarakan pemerintah.

Lelang pita frekuensi radio bagi Penyelenggara Jaringan Bergerak Seluler dapat meningkatkan kapasitas jaringan bergerak seluler, sekaligus meningkatkan kualitas layanan serta mendorong akselerasi penggelaran 4G.

XL yang sempat terpental dari kompetisi lelang 2,3 GHz yang dibuka pada 2020, mengaku siap untuk terlibat kembali dalam lelang 2,3 GHz 2021.

“Kami akan turut serta dalam lelang tersebut.” kata Ayu kepada Bisnis, Senin (15/3/2021).

Sementara itu, SVP-Head Corporate Communications Indosat Steve Saerang mengatakan bahwa perseroan masih akan mempelajari lebih dahulu detail ketentuan lelang. Indosat belum dapat memberitahu apakah akan terlibat atau tidak.

Pada prinsipnya Indosat akan mengambil keputusan bisnis yang dapat memberi kontribusi positif pada perkembangan bisnis perusahaan serta memberi pengalaman terbaik bagi pengguna layanan Indosat.

“Kami akan mempelajari lebih dahulu detail ketentuan lelang sebelum memberikan pernyataan lebih lanjut,” kata Steve.

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menuturkan bahwa lelang ulang 2,3 GHz ini harus dilakukan secara terbuka. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) wajb memantau jalannya lelang agar persaingan yang terjadi adalah persaingan yang sehat.

“Para pemenang juga perlu dievaluasi apakah frekuensinya berlebihan atau tidak disesuaikan dengan. jumlah penggunanya,” kata Heru.

Heru mengusulkan agar lelang dilakukan dalam tiga ronde, mengingat jumlah blok yang dilelalng ada tiga blok. Para peserta berpeluang memborong seluruh blok.

“Sebab kalau hanya satu ronde, ini rentan terjadi persekongkolan. Jadi, harus minimal 3 ronde,” kata Heru.

Ketua Bidang Network dan Infrastruktur Indonesian Digital Empowerment Community (IDIEC) Ariyanto A. Setyawan menilai dengan potensi memenangi tiga blok sekaligus, lelang menjadi makin menarik karena spektrum frekuensi yang dikantongi akan makin besar.

“Dengan terbatasnya slot frekuensi, penguasa frekuensi itu modal senjata utama,” kata Ariyanto.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Zufrizal
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper