Ekosistem IoT Belum Matang, Operator Lebih Fokus ke Pelanggan

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 8 Maret 2021 | 19:21 WIB
Dua orang membuka laman Google dan aplikasi Facebook melalui gawainya di Jakarta, Jumat (12/4/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Dua orang membuka laman Google dan aplikasi Facebook melalui gawainya di Jakarta, Jumat (12/4/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Ekosistem yang belum matang disinyalir menjadi penyebab penggunaan kartu SIM untuk IoT di Indonesia tidak sebanyak di China.  

Ketua Bidang Network dan Infrastruktur Indonesian Digital Empowerment Community (IDIEC) Ariyanto A. Setyawan mengatakan prediksi lonjakan penggunaan kartu SIM untuk IoT bersifat sementara. Jumlah tersebut berpeluang bertambah atau justru sebaliknya pada tahun ini.

Dia menilai operator seluler saat ini belum mengimplementasikan teknologi akses untuk IoT yang sebenarnya, seperti Extended Coverage GSM IoT, NB-IoT, LTE-M, dan lain-lain. Saat ini, dukungan IoT masih sebatas fitur mesin ke mesin (Machine to Machine) dan skema diskon penarifan, serta masih menggunakan teknologi selular normal.  

“Belum sebagai sebuah solusi teknologi. Itu yang membuat penetrasinya tidak terlalu baik,” kata Ariyanto kepada Bisnis, Senin (8/3/2021).

Di samping itu, sambungnya, operator saat ini juga masih memantau pertumbuhan pasar IoT di Tanah Air. Saat ini, menurut Ariyanto, ekosistem yang ada belum terbentuk sehingga permintaan terhadap IoT masih rendah.

Operator seluler pun lebih memilih untuk meningkatkan layanan seluler kepada pengguna umum dengan spektrum yang dimiliki, dibandingkan harus mengalokasikan sebagai spektrum frekuensi yang terbatas itu untuk keperluan khusus IoT.

Operator juga harus membangun jaringan inti baru di atas jaringan inti yang telah ada untuk memberikan layanan yang optimal untuk IoT.

“Padahal kita tahu operator seluler di Indonesia terlalu padat dan frekuensinya kecil-kecil, sehingga operator mempriortaskan pelanggan orang dahulu,” kata Ariyanto.

Dia berpendapat penggunaan kartu SIM yang melesat di China disebabkan jumlah operator yang tersedia di sana lebih sedikit dibandingkan dengan di Indonesia. Hal ini menyebabkan secara pengelolaan spektrum lebih leluasa dan optimal.

Menurutnya, untuk mendorong agar kartu SIM operator seluler makin banyak digunakan untuk IoT, salah satu caranya adalah dengan memberikan alokasi spektrum tambahan untuk IoT.

Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berencana memberi frekuensi tambahan untuk pemanfaatan teknologi jaringan area luas berdaya rendah atau Low Power Wide Area Network (LPWAN) pada tahun ini. Adapun pita frekuensi tambahan tersebut berada di p ita 433 MHz – 434,79 MHz.

Untuk diketahui, jaringan area luas berdaya rendah (LPWAN) adalah jenis jaringan area luas telekomunikasi nirkabel yang memungkinkan komunikasi jarak jauh dengan bit rate yang rendah seperti perangkat atau sensor IoT. Frekuensi ini bersifat gratis dan dapat digunakan oleh siapapun.

Analisis Kebijakan Ahli Madya Kemenkominfo Adis Alifiawan mengatakan saat ini Kemenkominfo masih mengkaji mengenai pemanfaatan spektrum di pita 433 MHz, agar kehadiran pelaku IoT nantinya tidak mengganggu pengguna frekuensi yang telah ada.

Seandainya tidak ada kendala dalam proses penambahan spektrum frekuensi untuk IoT ini, Kemenkominfo menargetkan pada tahun ini penyedia solusi IoT unlicensed – di luar operator seluler - memiliki spektrum baru di pita rendah.

“Target kami 2021 semoga bisa,” kata Adis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper