Bisnis.com, JAKARTA – Ericsson, perusahaan multinasional yang bergerak di bidang telekomunikasi, memperkirakan pendapatan operator akan melesat pada 2030 seiring dengan implementasi 5G. Adapun sektor manufaktur, energi dan hiburan menjadi sektor yang berpotensi lebih dahulu menerapkan layanan generasi kelima di Indonesia.
Country Head of Ericsson Indonesia Jerry Soper mengatakan 5G memberi dampak positif pada rerata pendapatan per pelanggan (average revenue per user/ARPU) operator seluler yang meluncurkan layanan 5G. Masyarakat diklaim bersedia membayar lebih untuk 5G.
“5G adalah peluang untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, juga bagi operator seluler, memperkuat posisi mereka dan mendapatkan pangsa pasar,” kata Jerry kepada Bisnis.com, Senin (1/3/2021).
Jerry menambahkan secara global, peluang pendapatan dari konsumen secara kumulatif mencapai US$3,1 triliun hingga 2030. Potensi tersebut dapat diraih dengan dukungan harga inovatif.
Dari sisi perusahaan, kata Jerry, operator seluler yang mengimplementasikan 5G berpotensi meraup pendapatan mencapai US$8 miliar pada 2030. Adapun tiga industri teratas yang berpeluang menggunakan layanan 5G hingga beberapa tahun ke depan, antara lain industri manufaktur, energi & utilitas, serta media dan hiburan.
“Kami juga melihat bahwa industri pertambangan cukup penting untuk memanfaatkan peluang 5G,” kata Jerry.
Jerry menjelaskan hingga saat ini, Ericsson telah mengumumkan perjanjian komersial 5G dengan 124 pelanggan berbeda secara global, lima di antaranya berada di Asia Tenggara & Oseania yaitu, Telstra dan Optus di Australia, True Corporation dan Dtac di Thailand, serta Singtel – salah satu pemegang saham Telkomsel - di Singapura.
Penerapan 5G di Indonesia akan memainkan peran penting dalam menciptakan pendapatan konsumen dan perusahaan bagi penyedia layanan, serta mendukung agenda transformasi digital pemerintah.
“Manfaat penuh 5G hanya dapat diwujudkan di Indonesia dengan ketersediaan spektrum dan pembentukan ekosistem kokoh,” kata Jerry.