Distribusi Vaksinasi Covid-19 Jadi Peluang Healthtech Gaet Pengguna Baru

Akbar Evandio
Senin, 1 Maret 2021 | 21:30 WIB
Petugas menyuntikan vaksin Covid-19 kepada pedagang di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta, Rabu (17/2/2021). Vaksinasi Covid-19 tahap kedua yang diberikan untuk pekerja publik dan lansia itu dimulai dari pedagang Pasar Tanah Abang. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Petugas menyuntikan vaksin Covid-19 kepada pedagang di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta, Rabu (17/2/2021). Vaksinasi Covid-19 tahap kedua yang diberikan untuk pekerja publik dan lansia itu dimulai dari pedagang Pasar Tanah Abang. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan rintisan berbasis kesehatan dinilai perlu melakukan ragam strategi tahun ini untuk menggenjot jumlah pengguna.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan distribusi vaksin merupakan momentum yang tepat untuk memperluas jangkauan perusahaan ke masyarakat.

Para pemain dapat menghadirkan fitur baru, berkolaborasi dengan startup di sektor lain demi mengambil peluang besar dalam distribusi vaksin di Tanah Air.

“Potensi yang dapat digarap startup healthtech dengan agenda distribusi vaksin sangat besar dan mampu menjadikan momentum baik dari sisi justifikasi penyebaran titik atau outlet pelayanan, rekanan dan logistik sambil melengkapi potensi database calon pengguna layanan yang sangat masif sebesar populasi yang ada di Indonesia,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Senin (1/3/2021).

Lebih lanjut, dia menilai para pemain perlu untuk menyadari potensi kolaborasi ke value chain layanan maupun calon pengguna layanan yang perlu segera di kerjasamakan dan dikembangkan.

“Mereka bisa melakukan justifikasi titik layanan atau sebagai rekanan terkait infrastruktur yang mendukung dan menjadi pangkalan data penerima vaksin,” katanya.

Edward pun optimis bahwa peningkatan bisa di atas 50 persen bagi para startup healthtech yang memanfaatkan momentum distribusi vaksinasi Covid-19.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan potensi perusahaan healthtech di Indonesia terbuka sangat lebar. Salah satu indikatornya adalah kesenjangan ketersediaan fasilitas kesehatan dengan populasi yang sangat timpang.

“Ketersediaan faskes sangat minim, berbanding terbalik dengan populasi Indonesia yang sangat besar. Rasio dokter per seribu populasi hanya 0,4 dan ketersediaan rumah sakit per seribu populasi adalah 1,2. Peluang ini tersebut bisa dimasuki oleh healthtech untuk memenuhi permintaan yang timpang,” katanya.

Namun, dia menilai peran healthtech dalam bentuk business to government (B2G) sebenarnya bukan di jalur distribusi vaksin. Tetapi, lebih kepada keamanan data, pengolahan informasi, hingga proses penjadwalan vaksinasi oleh pemerintah.

“Semisal ini, ada orang yang sudah divaksin, orang tersebut bisa mendapatkan semacam surat vaksin yang didapatkan di aplikasi healthtech. Kemudian bisa jadi nanti proses vaksinasi berdasarkan nomor antrian yang memanfaatkan teknologi mereka,” katanya

Pasalnya, Huda menilai distribusi vaksinasi Covid-19 merupakan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) pemerintah dalam menyediakan vaksin Covid-19 sebagai barang publik.

“Bagi saya pribadi vaksin jangan dijual secara bebas baik itu melalui layanan medis luring ataupun healthtech. Vaksin barang publik yang prosesnya ditangani oleh pemerintah. Healthtech bisa membantu di sisi kemudahan proses pra, ketika, dan pascavaksin,” ujar Huda.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper