Subsidi Kuota Internet Dipangkas, Beban Pelajar Bertambah

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 15 Februari 2021 | 08:08 WIB
Siswa Sekolah Dasar didampingi orang tua melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan sistem daring pada hari pertama tahun ajaran baru 2020-2021 di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (13/7/2020). Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Pendidikan menginstruksikan sekolah untuk melakukan sistem PJJ di awal tahun ajaran baru hingga September mendatang sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah. ANTARA FOTO/Feny Selly
Siswa Sekolah Dasar didampingi orang tua melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan sistem daring pada hari pertama tahun ajaran baru 2020-2021 di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (13/7/2020). Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Pendidikan menginstruksikan sekolah untuk melakukan sistem PJJ di awal tahun ajaran baru hingga September mendatang sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah. ANTARA FOTO/Feny Selly
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat telekomunikasi menilai perubahan ukuran kuota internet subsidi menjadi lebih ramping berisiko membebani pelajar dan pengajar serta mengganggu kegiatan pembelajaran jarak jauh.

Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Muhammad Ridwan Effendi mengatakan sistem pembagian kuota umum dan kuota khusus belajar yang diterapkan pada program subsidi kuota internet September lalu telah tepat.

Dengan sistem tersebut, proses pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih fleksibel dan terkontrol. Kuota khusus belajar, yang mendominasi jumlah kuota dalam program subsidi, hanya dapat digunakan untuk aplikasi tertentu yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Di lain sisi, penerima tetap dapat mengakses layanan lain dengan kuota umum yang disediakan dalam jumlah lebih kecil.

“Tentunya sesuai dengan peruntukannya yaitu pembelajaran jarak jauh. Bisa saja dibuat lebih longgar, karena proses belajar juga tidak hanya video virtual, bisa saja mencari bahan rujukan lainnya di situs-situs umum [melalui kuota umum]” kata Ridwan kepada Bisnis.com, Minggu (14/2/2021).

Berdasarkan pengalamannya, kata Ridwan, untuk aktivitas belajar daring menggunakan video streaming membutuhkan kuota data sekitar 800MB/jam.

Seandainya dalam sehari seorang pelajar menggunakan 6 jam untuk belajar daring, maka kuota yang dikeluarkan sekitar 4,8GB. Dengan jumlah tersebut maka untuk 20 hari belajar dengan menggunakan video streaming membutuhkan kuota data sebesar 96GB.

Jumlah tersebut sebenarnya sudah lebih tinggi dari kuota yang diberikan pemerintah pada September 2020.

Adapun jika jumlah kuota subsidi yang diberikan dipangkas menjadi 10GB, bagi pelajar dan tenaga pengajar SD, SMP, serta SMA/SMK, maka kuota internet tersebut akan habis dalam waktu 3 hari saja jika dipakai untuk video streaming dengan durasi 6 jam/hari.

Para pelajar dan tenaga pengajar pun perlu mengeluarkan dana tambahan untuk menjalankan kegiatan belajar dan mengajar, di tengah kondisi perekonomian yang sedang kurang baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper