Merger OVO dan Gopay Sulit Terealisasi, Ini Alasannya

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 4 Februari 2021 | 12:17 WIB
Pengemudi Ojek Online membeli pesanan makanan yang diorder dari aplikasi di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Pengemudi Ojek Online membeli pesanan makanan yang diorder dari aplikasi di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) menilai merger antara OVO dengan Gopay sulit terealisasi mengingat keduanya merupakan perusahaan layanan keuangan digital dengan pangsa pasar yang besar.

Ketua Bidang Industri Aplikasi Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) M. Tesar Sandikapura menilai merger antara OVO dan Gopay tidak mungkin terjadi. Keduanya merupakan perusahaan layanan keuangan digital dengan pasar besar yang sulit untuk saling mengalah.

Di samping itu, induk masing-masing perusahaan menjadikan keduanya sebagai sumber penghasilan yang menggerakan perusahaan. Kekayaan sebuah perusahaan digital, menurutnya, terletak pada fitur finansial yang dimiliki.

“Kalau Tokopedia menurut saya kurang secara finansial, uangnya ada di OVO. Gojek pun uangnnya ada di Gopay, sedangkan di Gojeknya berdarah-darah,” kata Tesar kepada Bisnis.com, Kamis (4/2/2021).

Sekadar catatan hingga Januari 2021, OVO mengeklaim telah diunduh oleh sekitar 115 juta perangkat. Adapun pada Desember 2020, Gopay diklaim sebagai pemimpin pasar keuangan digital menurut rilis Sharing Vision.

GoPay menempati peringkat pertama sebagai e-money yang paling banyak digunakan, Sebanyak 81 persen responden menyatakan hal tersebut. Posisi kedua ditempati OVO dengan 71 persen responden.

Tesar menambahkan kedua perusahaan bergerak dari uang yang mengendap (floating money) - yang berhasil dikumpulkan dari masyarakat – di teknologi finansial. Dengan meleburkan kedua perusahaan finansial yang dimiliki, maka kinerja perusahaan akan terganggu.

Menurut Tesar, hal yang mungkin dilakukan keduanya adalah kolaborasi saling menguatkan. Keduanya akan saling mengkaji peluang sinergi sehingga saling menguntungkan.

Adapun salah satu peluang sinergi yang memungkinkan adalah di sektor perbankan. Transaksi kedua perusahaan akan masuk di bank yang sama yaitu PT Bank Jago Tbk. (ARTO), yang belum lama mendapat suntikan dari Gojek senilai Rp2,1 triliun. Setelah itu, Bank Jago akan memonetisasi uang yang berhasil dihimpun tersebut.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper