Bisnis.com, JAKARTA – Bisnis data dinilai memegang peran yang amat sangat signifikan mengingat dunia telah memasuki era transformasi digital yang jelas memerlukan ruang penyimpanan tak terbatas bernama pangkalan data.
Menurut Ian Joseph Matheus Edward, Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB), pandemi Covid-19 mengakselerasi peluang bisnis pangkalan data makin masif.
“Dengan perubahan pola kerja yang tiba-tiba menjadi jarak jauh, semua melihat peningkatan ketergantungan perusahaan pada komputasi awan. Maka yang dibutuhkan saat ini, investasi data center tumbuh di area di mana mereka dapat berada di dekat hub besar untuk perusahaan teknologi dan cloud dan lebih dekat ke tempat pertukaran data,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (2/2/2021).
Menurut catatan Bisnis.com, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate menyebutkan saat ini di Indonesia memiliki 2.900 pangkalan data untuk melayani kebutuhan pemerintahan.
Namun, hanya 3 persen saja yang memenuhi standar global sehingga banyak kendala untuk mencapai konsep Satu Data Indonesia. Padahal, katanya, urgensi dari pangkalan data makin terlihat saat ini di mana dibutuhkan penyelenggaraan pemerintah yang lebih efisien.
“Saat ini ada 24.700 aplikasi sehingga pemanfaatan APBN perlu dilakukan lebih efisien, maka dengan pembangunan pusat data nasional untuk mendukung Satu Data Indonesia dan [menghadirkan] super aplikasi untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintah yang lebih efisien,” kata Johnny dalam rapat dengan DPR Komisi I, Senin (1/2/2021).
Menanggapi hal tersebut, Ian mengamini angka 3 persen masih relatif sedikit untuk memenuhi kebutuhan data di Tanah Air. Namun, dia tidak menampik bahwa masih terdapat ragam tantangan dalam pembangunan pangkalan data.
“Seharusnya [pangkalan data berstandar global] sudah lebih dari 50 persen. Namun, tantangannya memang ada di biaya mahal [untuk membangunnya],” ujarnya.