Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat telekomunikasi menilai pemasaran melalui kanal digital tidak serta merta mendongkrak pertumbuhan pelanggan.
Para pengembang produk prabayar digital tetap perlu memasarkan produk secara luar jaringan (offline) untuk meyakinkan pelanggan terhadap produk yang dijual.
Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia-ITB Ian Yosef M. Edward mengatakan meski produk prabayar digital memiliki jangkauan yang lebih luas untuk merangkul pelanggan, pemasaran secara fisik tetap dibutuhkan.
Beberapa vendor produk prabayar digital pun dinilai tetap perlu menggelar tempat jualan secara fisik untuk memperkenalkan produk mereka dan mempercepat proses transaksi pembelian kartu perdana.
“Meyakinkan pelanggan itu susah, sama seperti IndiHome misalnya, sudah bisa dipesan lewat daring atau telepon, tetapi tetap ada mobil pemasaran yang berkeliling di pinggir jalan,” kata Ian kepada Bisnis, Rabu (27/1).
Ian berpendapat pemasaran produk prabayar digital hakikatnya memiliki prospek yang cukup cerah untuk mendongkrak jumlah pelanggan, mengingat jangkauan aktivitas pemasaran ini tidak terbatas.
Untuk diketahui, hingga kuartal III/2020, Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata masih menjadi operator dengan jumlah pelanggan terbesar. Masing-masing memiliki pelanggan sebanyak 170 juta pelanggan, 60 juta pelanggan, dan 56,8 juta pelanggan.
Ketiganya juga memiliki produk prabayar digital yang menggunakan jaringan masing-masing. by.U produk digital pertama di Indonesia, beroperasi dengan menggunakan jaringan milik Telkomsel. Sementara itu, MPWR dan Live.on beroperasi dengan menggunakan jaringan milik Indosat dan XL.
Selain ketiga produk prabayar digital tersebut, ada juga Switch Mobile, produk prabayar digital yang beroperasi menggunakan jaringan Smartfren.
Switch Mobile menawarkan kuota darurat yang memungkinkan pelanggan tetap terhubung dengan internet meski kuota datanya habis.
Masa aktif kartu prabayar digital ini adalah 120 hari, dengan peluang menambah masa aktif selama 90 hari setiap isi ulang. Switch memiliki 4 paket dengan harga yang berkisar antara Rp50.000 – Rp200.000.
Sayangnya produk ini berhenti beroperasi dan mengalihkan seluruh pelanggannya ke Smartfren. Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menduga tutupnya layanan Switch disebabkan produk tersebut kurang diminati.
Tidak hanya itu, penetrasi layanan internet tetap yang makin pesat juga berpengaruh pada turunnya minat masyarakat terhadap produk prabayar seluler.
“Banyak tempat juga memberikan akses WiFi gratis sehingga masyarakat merasa tidak memerlukan layanan itu lagi,” kata Heru.