Bisnis.com, JAKARTA – Ketimpangan kondisi dan ekosistem perusahaan rintisan (startup) di Tanah Air masih menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dibenahi.
Ketua Umum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Atsindo) Handito Joewono menilai meskipun saat ini tren startup melakukan ekspansi pasar ke area luar Jakarta mulai mewabah, tetapi belum tampak tanda-tanda munculnya kota penghasil startup baru di luar Jakarta. Hal ini karena ekosistem pendukung yang belum merata.
“Ekosistem startup yang matang sebenarnya diperlukan di berbagai daerah agar dapat turut berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi digital di daerahnya. Pasalnya, startup dan ekosistem adalah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Artinya, kalau ekosistem tidak ada, maka startup sulit bertumbuh bahkan sulit muncul pemain baru,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (25/1/2021).
Secara garis besar, Handito melihat startup masih menghadapi persoalan yang serupa mulai dari minimnya akses informasi dan edukasi mengenai startup, masih sedikitnya ketersediaan talenta digital sehingga selain bertumbuh secara mandiri investor pun jadi sulit melirik startup di luar daerah.
“Selain itu, ekosistem bisa diciptakan melalui langkah koordinasi dan di luar jawa itu memang agak berat, karena infrastruktur juga jadi hal wajib lantaran sifatnya terkait dengan jaringan, informasi, dan talenta digital,” katanya.
Tidak hanya itu, dia mengatakan bahwa tantangan saat ini juga berada di pendanaan yang mana pemodal diperkirakan masih menahan untuk menyuntikan dana untuk bisa bertahan menghadapi pandemi Covid-19.
“Saya rasa [pulihnya] pendanaan juga mundur lagi, paling cepat pada semester kedua 2021 atau awal 2022 semua pemulihan, apalagi untuk ke startup. Jadi, mau tidak mau semua startup, baik dalam Jabodetabek dan luar harus memikirkan inovasi pendanaan, bisa dengan kolaborasi,” ujar Handito.
Sekadar catatan, Data Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) pada 2019 menunjukan, 52,7 persen dari 992 total startup Indonesia berbasis di Jabodetabek. Adapun, sebanyak 168 tersebar di Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra.