Bisnis.com, JAKARTA – Tren liburan dekat rumah (staycation) dinilai tidak memberikan dampak signifikan pada kelangsungan bisnis dari perusahaan rintisan (startup) berbasis online travel agent (OTA).
Ketua Umum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Atsindo) Handito Joewono mengatakan bahwa di tengah pandemi Covid-19 yang masih menghambat pertumbuhan startup OTA pada 2021 tren staycation hanya berpengaruh untuk menjaga minat wisata masyarakat agar tidak luntur.
“Staycation lebih untuk menjaga minat berwisata [masyarakat] dengan mengoptimalkan yang dekat tempat tinggal. Penggunaan layanan OTA [untuk staycation] akan terbatas sehingga tidak menjadi katup penyelamat bagi [pemasukan] startup OTA,” katanya saat dihubungi Bisnis, Minggu (10/1/2021).
Sekedar informasi, belakangan ini fenomena staycation menjadi tren yang tengah berkembang. Tren ini bergejolak setelah larangan perjalanan internasional maupun nasional yang diterapkan di berbagai negara.
Staycation merupakan jenis liburan yang tak perlu membuat masyarakat bepergian jauh.
Lebih lanjut, Handito meyakini bahwa 2021 memang masih menjadi tahun sulit bagi startup OTA bila tetap getol untuk konsisten mempertahankan model bisnis yang normal.
“Startup OTA saat ini perlu membangun model bisnis baru bila ingin bertahan. Bisa mempertimbangkan untuk berdagang oleh-oleh wisata,” ujarnya.
Handito pun meyakini bahwa kontribusi tren staycation dalam mendongkrak pendapatan OTA pada 2021, tidak lebih dari 5 persen dari total pendapatan.
“[Pengaruhnya] sedikit sekali, tidak sampai 5 persen [kontribusinya],” kata Handito.