Bisnis,com, JAKARTA – Perusahaan rintisan dengan model software as a service (SaaS) diyakini semakin bergeliat pada 2021.
“Bisnis SaaS sendiri sebenarnya sudah lama, tetapi memang tengah bergeliat terutama setelah makin banyaknya perusahaan yang WFH [kerja dari rumah] untuk menunjang operasional perusahaan yang dilakukan dari jarak jauh,” kata ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef)Nailul Huda saat dihubungi Bisnis, Minggu (13/12/2020).
Akibatnya, dia meyakini bahwa semakin banyak pengguna yang membutuhkan model bisnis tersebut dan hal itu sejalan dengan peningkatan pada nilai valuasinya.
“Bagi investor, perusahaan tersebut makin menjanjikan. Saya rasa dengan masih diberlakukannya WFH ke depan maka bisnis digital SaaS masih diminati oleh pemodal,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa ke depan akan makin banyak perusahaan SaaS di Indonesia. Faktor penetrasi internet serta perubahan perilaku berorganisasi dari luring ke daring menjadikan bisnis ini tetap menjanjikan.
Namun, dia menyebutkan bahwa memang masih terdapat tantangan bagi bisnis ini, di mana keamanan data menjadikan faktor utama dalam bisnis SaaS.
“Jika terjadi kebocoran data sudah bisa dipastikan perusahaan akan langsung terjun payung. Terlebih belum disahkannya undang-undang perlindungan data pribadi, maka masih berisiko,” ujar Huda.
Sekedar catatan, perusahaan konsultan asing Gartner per Juli 2020 memperkirakan bahwa SaaS tetap menjadi segmen pasar terbesar dan diperkirakan akan tumbuh menjadi US$ 117,7 miliar pada 2021.