Bisnis.com, JAKARTA - Seorang peneliti asal Indonesia yang tinggal di Australia berhasil menggunakan Google Adwords untuk membantu orang-orang yang sedang depresi dan berencana bunuh diri.
Dia adalah Sandersan Onie, pria yang bekerja di Black Dog Institute New South Wales, Sydney, Australia itu mengirimkan pesan-pesan melalui Google Adwords kepada mereka yang berencana bunuh diri.
Untuk mengetahui apakah seseorang berniat untuk bunuh diri menurut Onie tak terlalu sulit. Niatan tersebut bisa dilacak lewat kebiasaan seseorang yang terus menerus melakukan pencarian mengenai bunuh diri dengan berbagai istilah-istilah lainnya.
Onie menjelaskan terdapat sebuah studi yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan istilah pencarian terkait bunuh diri sesuai dengan tingkat bunuh diri seseorang. Oleh karena itu, dapat dibayangkan bahwa orang akan mencari istilah terkait bunuh diri di Google sebelum mengakhiri nyawanya.
"Penelitian saya mencoba menemukan cara-cara baru dan inovatif untuk meningkatkan kesehatan mental dan mengurangi bunuh diri. Secara kritis, dengan fokus intervensi digital, saya fokus pada inisiatif yang berbiaya rendah dan dapat menjangkau banyak orang," katanya mengutip Forbes pada Senin (28/9/2020).
Onie mengatakan bahwa pencegahan bunuh diri dan kesehatan mental adalah salah satu tantangan global yang besar, dengan depresi berada di urutan kedua dalam beban penyakit global dan bunuh diri menjadi penyebab utama kematian bagi kaum muda. Dia mengatakan angka ini terus meningkat selama pandemi, hingga tiga kali lebih tinggi di beberapa negara.
Onie mengatakan bahwa intervensi digital untuk kesehatan mental dan pencegahan bunuh diri dapat diterapkan secara lintas budaya. Meskipun mungkin tidak terlihat persis istilah penelusuran di setiap bahasa untuk penelusuran Google mungkin berbeda, tetapi prinsip penggunaan Google Ads dapat digunakan untuk mengatasi tantangan seperti tidak memiliki hotline bunuh diri yang berkelanjutan.
"Hal ini penting bagi negara-negara seperti Indonesia yang tidak memiliki hotline bunuh diri sehingga kami memiliki intervensi yang luas untuk bunuh diri," ungkapnya.
Selain upaya tersebut, Onie berupaya membantu mendorong penelitian dan sains kesehatan mental secara lebih luas di Indonesia.
"Saat bekerja di bidang kesehatan mental di Indonesia, saya menemukan sangat sedikit penelitian yang dihasilkan. Misalnya, terapi yang paling banyak digunakan - terapi perilaku kognitif - tidak memiliki uji coba terkontrol secara acak tunggal," katanya,
Dia menambahkan bahwa untuk meningkatkan kesehatan mental, bersama dengan sejumlah besar masalah kemasyarakatan lainnya, ada kebutuhan yang kuat untuk membangun sains di wilayah tersebut.
Dia mengatakan bahwa salah satu proyek utamanya adalah mengembangkan praktik ilmiah yang baik dalam mengembangkan budaya penelitian - dengan fokus di Asia Tenggara.