Bisnis.com, JAKARTA – Upaya operator seluler dalam memonetisasi layanan Voice Over LTE (VoLTE) dinilai belum mampu untuk menutupi penurunan layanan suara berbasis sirkuit.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan bahwa interkoneksi berbasis internet protocol (IP) sudah lama dibutuhkan oleh industri telekomunikasi. Masyarakat dapat mengetahui biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing operator seluler pada setiap layanan data yang diberikan kepada para pelanggan melalui interkoneksi IP.
Adapun, perihal peluang menggenjot pendapatan dari layanan VoLTE melalui interkoneksi IP, kata Heru, hal tersebut tidak memiliki kerterkaitan secara signifikan. VoLTE hanya untuk membuktikan bahwa 4G juga dapat digunakan untuk panggilan suara.
"Kita bisa tahu nantinya apakah tarif data di Indonesia itu mahal atau murah. Voice Over LTE hanyalah jawaban bahwa 4G tidak hanya ke layanan data tapi juga bisa digunakan untuk layanan suara,” kata Heru kepada Bisnis.com, Kamis (24/9/2020).
Sementara itu, Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia, Kristiono berpendapat bahwa layanan VoLTE memberi kontribusi terhadap pendapatan layanan data. Namun, pendapatan dari VoLTE tidak akan dapat menutupi penurunan pendapatan dari layanan suara dan SMS (legacy) berbasis sirkuit.
Dia menjelaskan kompetisi yang sangat ketat di industri telekomunikasi membuat perbedaan tarif layanan data antara operator seluler cukup signifikan. Hal ini berdampak pada aksi jual murah tarif layanan data, termasuk VoLTE.
Baca Juga Ini Penyebab SMS Spam Masih Marak |
---|
“Dengan monetisasi data seperti saat ini di mana tarif datanya per MB sangat murah , pasti saja pendapatan dari VoLTE tidak akan bisa menutup layanan voice legacy,” kata Kristiono.
Kristiono juga menilai bahwa monetisasi layanan data yang dilakukan oleh operator seluler saat ini belum memberikan hasil yang maksimal dan tidak sesuai dengan harapan. Hal tersebut menyebabkan kemampuan operator seluler dalam bernvestasi gelar jaringan makin turun, padahal kebutuhan terhadap infrastruktur telekomunikasi yang andal sangat dibutuhkan.
“Platform atau konten saat ini cenderung mengkonsumsi bandwidth yang besar yang memerlukan investasi yang juga lebih besar,” ujarnya.