Bisnis.com, JAKARTA – Waktu pembangunan yang singkat menjadi tantangan dalam membangun ratusan ribu titik stasiun bumi untuk Satelit Indonesia Raya atau Satelit Satria.
Pengamat telekomunikasi Nonot Harsono mengatakan bahwa Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) harus memiliki perencanaan yang jelas dalam menentukan titit-titik penerima internet dari Satelit Satria, agar utilisasi Satelit Satria tinggi dan tepat sasaran, tidak seperti Palapa Ring.
Dia berpendapat bahwa perencanaan yang kurang matang di Sistem Komunikasi Kabel bawah Laut Palapa Ring telah membuat utilisasi Palapa Ring menjadi rendah. Salah satunya ketiadaan jarigan pengalur.
Dia mengatakan bahwa berdasarkan informasi yang diterima beberapa titik stasiun bumi Satria juga berdekatan dengan SKKL Palapa Ring. Hal itu berpontensi terjadi tumpang tindih kapasitas internet yang digelar oleh pemerintah.
“Kalau Bakti bilang titik Satria adalah yang tidak dijangkau oleh Palapa Ring, dan ternyata buktinya nanti titik-titiknya itu dekat Palapa Ring bagaimana?” kata Nonot kepada Bisnis.com, Kamis (3/9/2020).
Nonot yang juga Mantan Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia turut mengkritisi pendeknya waktu pengadaan stasiun bumi. Dia berhitung bahwa untuk menjangkau 150.000 titik dalam tempo waktu 1,5 tahun dibutuhkan sekitar 5.000 orang teknisi dengan perkiraan masing-masing teknisi menjangkau 30 titik
Hal itu akan menjadi lebih berat seandainya jumlah teknisi yang dapat membangun stasiun bumi tidak mencapai 5.000 orang.
“Apa mudah mencari 5.000 teknisi? Kalau hanya ada 500 teknisi maka 300 titik per orang dalam waktu 1,5 tahun. Itu kalau titiknya sudah siap untuk pakai,” kata Nonot.
Tidak hanya itu, sambungnya, Bakti juga harus segera berkordinasi dengan sejumlah kementerian agar satelit yang telah mengorbit segera terpakai dengan optimal dan tidak menganggur
“Jangan sampai nanti Satelit yang sudah ada menunggu [untuk dipakai] sampai waktunya habis. Padahal umurnya hanya 15 tahun. Setelah itu mau hutang ke siapa lagi?” kata Nonot.