Serangan Phising Meningkat, Ini Cara Antisipasinya

Akbar Evandio
Kamis, 27 Agustus 2020 | 14:31 WIB
Ilustrasi penanganan serangan ciber/ilustrasi-aljazeera.com
Ilustrasi penanganan serangan ciber/ilustrasi-aljazeera.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengakui serangan phising makin marak terjadi. Pasalnya, tren bekerja, belajar, dan beraktivitas di rumah menjadi katalisator serangan siber tersebut.

Juru Bicara sekaligus Direktur Proteksi Ekonomi Digital, Anton Setiyawan mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan akses internet hingga 40 persen selama 6 bulan masa pandemi Covid-19 menjadi pemicu dari phising.

“Motif dari para penyerang yang terbesar adalah motif finasial dengan pencurian kredensial menjadi yang terbesar. Adapun, sektor yang paling rawan adalah finansial melalui business email compromise [BEC],” ungkapnya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (27/8/2020).

Sekadar catatan, phising adalah suatu metode untuk melakukan penipuan dengan mengelabui target dengan maksud untuk mencuri akun target. Salah satunya, melalui email untuk mendapatkan informasi peka, seperti kata sandi.

Adapun, Business E-mail Compromise (BEC) juga dikenal sebagai Email Account Compromise atau CEO Fraud, yakni penipuan yang manargetkan para manajer keuangan sebuah perusahaan untuk melakukan pembayaran transfer secara legal dengan menyamar sebagai petinggi perusahaan, rekan kerja, ataupun vendor.

“Saat ini langkah BSSN adalah meningkatkan literasi keamanan siber ke seluruh unsur, khususnya dibidang ekonomi digital dan meningkatkan capacity building dari berbagai sektor untuk selalu dalam kondisi siap dalam mengatasi serangan siber,” ujarnya.

Pengamat keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya menjelaskan bahwa phishing umumnya terjadi karena motivasi ingin menguasai aset digital, seperti data pribadi yang saat ini menjadi komoditas paling berharga mengalahkan emas hitam (minyak bumi).

“Tujuan menguasai aset digital utamanya adalah untuk mendapatkan keuntungan finansial dari aset digital yang berhasil dicuri. Dalam kasus khusus pelaku mencuri aset digital bertujuan untuk mempermalukan pemilik akun, memfitnah atau iseng karena bisa melakukan hal tersebut,” terangnya.

Dia mengimbau agar pemilik aset digital perlu menyadari nilai dari aset digital yang dimilikinya dan melakukan tindakan yang diperlukan guna melindungi aset tersebut. Salah satunya, untuk menggunakan fitur pengaman.

Adapun, dia mengungkapkan bahwa sektor yang rawan terkena serangan phishing adalah yang berhubungan dengan akun digital popular, seperti akun Gmail, Facebook, Instagram dan aplikasi populer lainnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper