Bisnis.com, JAKARTA – Kehidupan selalu berupaya mempertahankan dirinya, tetapi seringkali tidak berhasil.
Seiring berlalunya periode Devonian Akhir, satu dari lima peristiwa kepunahan utama dalam sejarah kehidupan di Bumi makin banyak makhluk hidup yang punah.
Pelaku yang bertanggung jawab atas begitu banyak kepunahan makhluk hidup tak melulu berasal dari dalam planet. Para ilmuwan menyebut bahwa hal itu sangat mungkin terjadi dan berasal dari Tata Surya yang luas.
Sebagaimana yang dilaporkan dalam sebuah studi baru, yang dipimpin oleh astrofisikawan Brian Fields dari University of Illinois Urbana-Champaign. Studi itu menunjukkan bahwa fenomena penghancur kehidupan hebat di Bumi bisa jadi berasal dari tempat yang jauh.
Maksudnya, sejumlah peristiwa luar angkasa di semesta seperti bintang yang mati, kemudian meledak jauh melintasi galaksi, yang bertahun-tahun cahaya berada dari planet kecil Bumi. Ledakan besar di wilayah antah berantah semesta bukan tidak mungkin berpengaruh dalam rentang yang sangat luas.
Sementara kematian massal seperti kepunahan Devonian Akhir dianggap dipicu oleh penyebab terestrial eksklusif seperti letusan gunung berapi menghancurkan, yang menjadikan planet kacau balau dan kepayahan.
Ada juga kemungkinan peristiwa kepunahan yang disebabkan oleh benda asing yang menerobos masuk ke dalam planet, seperti tabrakan asteroid yang dipercaya telah memusnahkan kelompok dinosaurus. Bagaimanapun, kematian dari luar angkasa pada akhirnya bisa datang dari tempat yang lebih jauh.
“Pesan utama dari penelitian kami adalah bahwa kehidupan di Bumi tidak ada dalam isolasi. Kita adalah warga dari kosmos yang lebih besar, dan kosmos ikut campur dalam kehidupan kita. Seringkali tanpa disadari tetapi punya pengaruh besar,” kata Fields seperti dikutip Live Science, Rabu (19/8).
Dalam pekerjaan barunya, Fields dan tim mengeksplorasi kemungkinan bahwa penurunan dramatis tingkat ozon yang bertepatan dengan kepunahan Devonian Akhir mungkin bukan diakibatkan vulkanisme atau episode pemanasan global.
Sebaliknya, mereka mengeluarkan hipotesis bahwa krisis keanekaragaman hayati yang terungkap dalam catatan geologi bisa disebabkan oleh sumber astrofisika. Mereka berspekulasi bahwa efek radiasi dari supernova sekitar 65 tahun cahaya dari Bumi telah menguras ozon planet kita.
Ini mungkin pertama kalinya penjelasan seperti itu dikemukakan untuk kepunahan Devonian Akhir, tetapi para ilmuwan telah lama mempertimbangkan dampak yang berpotensi mematikan dari supernova dekat Bumi dalam konteks semacam ini.
Spekulasi bahwa supernova dapat memicu kepunahan massal sudah ada sejak 1950-an. Belakangan ini, para peneliti telah memperdebatkan perkiraan 'jarak pembunuhan' dari peristiwa ledakan ini (dengan perkiraan berkisar antara 25 hingga 50 juta tahun cahaya).
Namun, dalam perkiraan baru mereka, Fields dan rekan penulisnya mengusulkan bahwa bintang yang meledak dari jarak yang lebih jauh dapat memiliki efek berbahaya pada kehidupan di Bumi, melalui kemungkinan kombinasi efek instan dan jangka panjang.
"Supernova (SNe) adalah sumber cepat foton pengion: UV ekstrim, sinar-X, dan, sinar gamma," para peneliti menjelaskan dalam makalah mereka.
Dalam rentang waktu yang lebih lama, ledakan bertabrakan dengan gas di sekitarnya, membentuk guncangan yang mendorong percepatan partikel. Dengan cara ini, SNe menghasilkan sinar kosmik, yaitu inti atom yang dipercepat menjadi energi tinggi.
Sinar kosmik ini, menurut para peneliti, bisa cukup kuat untuk menguras lapisan ozon dan menyebabkan kerusakan radiasi jangka panjang pada bentuk kehidupan di dalam biosfer bumi, yang sejalan dengan bukti hilangnya keanekaragaman dan deformasi spora tumbuhan purba sekitar 359 juta tahun lalu.
Tentu saja, itu hanya hipotesis untuk sekarang. Para peneliti tidak memiliki bukti yang dapat memastikan supernova jauh sebagai penyebab kepunahan Devonian Akhir. Tapi ini mungkin bisa menemukan sesuatu yang hampir setara dengan bukti.
Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan yang meneliti prospek supernova dekat Bumi sebagai dasar kepunahan massal telah mencari jejak isotop radioaktif kuno yang hanya bisa disimpan di Bumi melalui bintang yang meledak.
Satu isotop khususnya, besi-60, telah menjadi fokus banyak penelitian, dan telah ditemukan di banyak lokasi di Bumi. Dalam konteks kepunahan Devonian Akhir, isotop lain akan menunjukkan hipotesis kepunahan oleh supernova yang diajukan oleh Fields dan timnya yaitu plutonium-244 dan samarium-146.
"Tak satupun dari isotop ini terjadi secara alami di Bumi saat ini, dan satu-satunya cara mereka bisa sampai di sini adalah melalui ledakan kosmik," Zhenghai Liu dari University of Illinois Urbana-Champaign, yang juga terlibat dalam penelitian.
Dengan kata lain, jika plutonium-244 dan samarium-146 dan dapat ditemukan terkubur di perbatasan Devonian-Carboniferous, para peneliti mengatakan pada dasarnya itu akan menjadi bukti kuat yang mempertegas implikasi ledakan supernova sebagai pemicu di balik salah satu kematian terparah yang terjadi di Bumi.