Bisnis.com, JAKARTA – Lelang frekuensi radio 2300 MHz diyakini akan lebih menguntungkan bagi PT Telekomunikasi Selular dan PT Smartfren Telecom Tbk. dibandingkan untuk operator lain, apa sebabnya?
Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward mengatakan bahwa lelang frekuensi 2300 MHz berpeluang menambah frekuensi operator seluler berkisar 10 MHz hingga 30 MHz.
Menurutnya, skema lelang nantinya akan terbagi dalam dua zona, yaitu zona kawasan yang dikuasai PT PT Berca Hardaya Perkasa yaitu sebanyak delapan wilayah dan daerah yang tidak terdapat Berca yaitu tujuh wilayah.
Untuk di daerah yang terdapat Berca, jumlah frekuensi yang dilelang berkisar 10-15 MHz. Adapun untuk daerah non-Berca yaitu lebar pita yang dilelang yaitu 30 MHz.
Dia berhitung dengan tambahan 30 MHz di daerah non-Berca, PT Telekomunikasi Selular dan PT Smartfren Telecom Tbk. –yang saat ini masing-masing memiliki lebar pita 30 MHz di pita 2300 MHz— berpeluang menggelar 5G jika menang lelang, sebab keduanya akan mengantongi pita frekuensi sebesar 60 MHz. Menurutnya untuk menggelar 5G cukup dengan lebar pita sekitar 60 MHz – 100 MHz.
Meski demikian, sambungnya, bukan berarti di daerah yang dikuasai Berca, Telkomsel dan Smartfren tidak dapat menggelar 5G, Ian berpendapat di daerah yang dikuasi Berca, Telkomsel dan Smartfren berpeluang menambah 10 MHz – 15 MHz, dengan modal lebar pita tersebut keduanya tetap dapat menggelar 5G.
Baca Juga BRTI Kebut Regulasi soal 5G |
---|
Dalam perhitungannya, dengan mengantongi lebar pita sebesar 40 MHz – 45 MHz, kecepatan transmisi data atau bid rate yang dihasilkan maksimal dapat mencapai 560 Mbps - 800 Mbps, adapun normalnya sebuah 5G memiliki bid rate sebesar 1 Gbps.
“Jadi meskipun bandwithnya cuma 40 MHz, bid ratenya bisa 800 Mbps,” kata Ian kepada Bisnis, Selasa (4/8).
Ian berpendapat bahwa dalam lelang nanti, prospek paling besar ada di Telkomsel dan Smartfren. Sebab, total bandwith yang mereka kantongi di 2300 MHz akan sebesar 40 MHz – 60 MHz.
Sementara itu, jika operator lain memenangkan lelang maka total frekuensi yang akan mereka kantongi di 2300 MHz sekitar 10 MHz – 30 MHz, dengan jumlah tersebut cukup untuk memperkuat jaringan 4G.
Ian juga berpendapat bahwa faktor lain yang membuat 2300 MHz cocok untuk 5G karena sudah banyak handset yang mendukung 5G di pita frekuensi radio 2300 MHz.
Vendor pun juga dapat mengaktifkan teknologi 5G di seluruh gawai yang beredar di Indonesia selama ada permintaan dari pemerintah dan kebutuhan di pasar.
“Telkomsel dan Smartfren tujuannya untuk memperbesar kapasitas, jika ada reframing frekuensi nanti tinggal geser,” kata Ian.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menilai bahwa 5G belum dapat digelar meskipun Telkomsel dan Smartfren memenangkan lelang. Terdapat beberapa hal yang mengganjal, salah satunya regulasi mengenai 5G.
“Masih jauh [5G]. Kita belum menentukan spektrum mana untuk 5G, standar yang kita anut dan akan digunakan oprator terkait IMT 2020 juga belum ada,” kata Heru.