Bisnis.com, JAKARTA - Setelah menerapkan strategi konservatif akibat pandemi Covid-19, perusahaan modal ventura kini mulai percaya diri kembali mengincar ekspansi investasi ke startup potensial pada paruh kedua tahun ini.
Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri R. Sirait mengungkap bahwa perusahaan modal ventura memang tampak mulai melirik lagi potensi ekspansi baru akibat perekonomian memang mulai menggeliat lagi setelah pandemi Covid-19 dinilai mereda.
"Tapi kita belum mengatakan ini sudah dalam fase aman. Kita masih terus melihat dinamika ini lebih lebar dan update kondisi ekonomi nasional kita. Memang, pada Juni 2020 sebagian sektor usaha sudah mulai bergerak, tetapi belum dapat pulih cepat," ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.
Sebagai gambaran, data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan kinerja perusahaan modal ventura mulai membaik per Mei 2020. Pembiayaan atau penyertaan modal ventura pada Mei 2020 mencapai Rp13,07 triliun, dengan kontribusi utama yang masih ditopang pembiayaan bagi hasil (Rp10 triliun), disusul penyertaan saham (Rp2,47 triliun), dan obligasi konversi (Rp540 miliar).
Nilai ini tumbuh 28,5% (year-on-year/yoy) dari Mei 2019 sebesar Rp10,17 triliun. Secara bulanan pun, total kegiatan pembiayaan/penyertaan modal ini tumbuh tipis daripada April 2020 sebesar Rp13,04 triliun. Kendati demikian, nilai ini masih di bawah puncak pada tahun ini, yaitu Maret 2020 sebesar Rp13,33 triliun.
Sementara itu, tren positif juga dicatatkan dari sisi non-performing financing (NPF) para perusahaan modal ventura yang pada April 2020 melonjak ke 4,31%, kini pada Mei 2020 turun ke angka 3,90%.
Menurut Jefri, kondisi masa transisi setelah pandemi Covid-19 harus membuat pelaku industri tetap waspada mengelola bisnisnya. Apalagi bagi yang tengah butuh pendanaan, menilik pola pikir dan kriteria investor akan mengalami perubahan.
Senada dengan Jefri, VP of Investments MDI Ventures Aldi Adrian Hartanto memberikan beberapa contoh kenapa banyak perusahaan modal ventura yang lebih fokus terhadap portofolio mereka yang sudah ada ketimbang berekspansi.
"Kategori yang memiliki cukup banyak pendanaan sebelumnya oleh PMV lokal maupun asing, seperti consumer internet, fintech, dan travel, terdampak cukup dalam [akibat Covid-19]. Inilah kenapa PMV yang mayoritas memiliki portofolio disegmen tersebut memilih fokus terhadap portofolio mereka," jelasnya.
Namun demikian, Aldi mengungkap bahwa fenomena ini hanya memberi sedikit pengaruh terhadap MDI Ventures karena portofolio perusahaan milik PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) di beberapa segmen yang jeblok ini hanya sekitar 5%.
"Dengan fundamental yang masih bagus, perusahaan-perusahaan tersebut masih bisa survive dan mulai beradaptasi. Untuk itu, MDI Ventures sendiri bahkan saat diawal pandemi hingga sekarang malah sedang agresif-agresifnya memberikan pendanaan dengan aktivitas yang telah melebihi pencapaian tahun lalu per Juni 2020," ungkapnya.
Aldi menambahkan bahwa agresif bukan berarti gegabah. MDI Ventures lebih menitikberatkan bahwa apapun kategori segmen usaha startup baru yang akan didanai nanti, prinsip kehati-hatian didominasi dari karakteristik perusahaan.
"Pandemi dan krisis seperti saat ini, justru semakin menguatkan investment thesis dan strategi kami yang fokus kepada perusahaan dengan Prudent Founder and Management, High Margin Business di segmennya, High Liquidity di mana low account payable [AP], account receivable [AR], and Debt, mengutamakan Low People Centric, dan lebih Low Asset or Capex reliability atau berbasis aset light model," tambahnya.
Sedikit berbeda dengan MDI Ventures yang kegiatannya didominasi pembiayaan bagi hasil, perusahaan modal ventura lain PT Mandiri Capital Indonesia yang hanya melakukan penyertaan ekuitas pun mengungkap kriteria serupa. Sekadar informasi, dalam statistik OJK, kegiatan penyertaan saham perusahaan modal ventura tampak tak terpengaruh Covid-19 karena angkanya terus naik, bahkan sejak Oktober 2019 di mana angkanya baru Rp1,84 triliun.
Direktur Utama PT Mandiri Capital Indonesia (Mandiri Capital) Eddi Danusaputro pun menjelaskan akhirnya pandemi Covid-19 lebih berdampak kepada penundaan, akibat pembatasan kegiatan. Terkini, Mandiri Capital tengah melakukan finalisasi investasi ke satu startup di luar portofolionya, setelah sebelumnya memilih konservatif betul akibat Covid-19.
"Maka, sekarang kami lebih ketat soal sumber revenue. Selain itu, startup tidak bisa mengandalkan strategi bakar uang, cash burn rate untuk dapat users atau transaksi harus dikurangi. Terakhir, bagaimana melihat path to profitability mereka," tutupnya.