Bisnis.com, JAKARTA—Tak dapat dipungkiri, kawasan timur Indonesia memiliki udara yang jauh lebih bersih seiring dengan belum adanya kepadatan penduduk maupun industrial yang besar.
Tak heran, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memilih kawasan timur Indonesia sebagai lokasi observasi bintang keenam mereka di Timau, Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Saat ini, LAPAN memiliki 5 observatorium. Yang paling terkenal tentu saja observatorium Bosscha di Bandung, Jawa Barat. Penggemar film Petualangan Sherina tentu akan nostalgia bila menengok observatorium ini.
Empat lainnya adalah Observatorium Taman Ismail Marzuki di Jakarta, Observatorium Loka Jala Crana di Surabaya, Jawa Timur, Observatorium Jagad Raya Tenggarong di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur serta Observatorium Taman Pintar Yogyakarta.
Namun, Observatorium Timau layak menjadi sorotan. Pasalnya, observatorium yang masih dalam tahap pembangunan ini, bakal menjadi observatorium terbesar di Asia Tenggara.
LAPAN mengungkapkan observatorium ini akan menjadi rumah bagi teleskop yang memiliki diameter 3,8 meter. Observatorium ini akan mampu mengamati tata surya tidak hanya di belahan langit utara, melainkan juga di belahan langit selatan.
“Wilayah Kupang juga dinilai sebagai wilayah yang memiliki langit yang lebih sering bebas dari awan,” ungkap LAPAN dalam akun twitternya, Rabu (24/6/2020).
Observatorium Nasional Timau berada di Kawasan Lindung lereng Gunung Timau di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan air laut. Sementara, kantor LAPAN berada di Tilong, Kupang.
LAPAN mengungkapkan bahwa di daerah Lelogama ruas jalan sepanjang 3,2 kilometer berbatu dan perlu perbaikan. Di sekitaran Fatumonas, juga terdapat ruas jalan sepanjang 1,5 kilometer yang berbatu dan perlu perbaikan. Bahkan, sepanjang 6,7 kilometer sebelum lokasi observatorium, kondisi jalan masih tanah dan lumpur yang sulit dilalui.
Dalam twit itu, LAPAN juga menunjukkan bahwa progress pembangunan observatorium tersebut masih berjalan. Struktur bangunan melingkar khas observatorium berbahan beton sudah terlihat. Meskipun, kubah bundar belum terlihat.
Menengok foto-foto yang beredar di Google Maps, Gunung Limau biasanya digunakan untuk berkemah. Tampak Kawasan tersebut masih hijau asri dan keindahan alam pegunungan.
Bila pembangunan sudah tuntas dan trek menuju lokasi mulus dan lebar, bukan tak mungkin Observatorium Nasional Limau akan menjadi destinasi anyar wisata di NTT dan bagi masyarakat di kawasan timur Indonesia.
Apalagi, jika dibarengi dengan program pengembangan astronom amatir yakni dengan program giliran bagi masyarakat awam untuk dapat turut serta mengamati menggunakan observatorium ini. Siapa tahu menjadi penemu bintang, planet, asteroid atau komet di jagad raya alam semesta.