Grab Efisiensi, Pintu Merger dengan Gojek Terbuka?

Rahmad Fauzan
Kamis, 18 Juni 2020 | 17:06 WIB
Pengemudi ojek online menunggu penumpang di Jakarta, Senin (3/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pengemudi ojek online menunggu penumpang di Jakarta, Senin (3/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Langkah Grab Inc. yang baru saja mengumumkan strategi efisiensi di tengah tekanan wabah Covid-19, dinilai membuat peluang merger dengan pesaingnya asal Indonesia yakni Gojek kembali terbuka.

Isu merger di dua perusahaan superapp tersebut bukanlah hal yang baru. Pada Februari 2020 lalu, berhembus kabar bahwa Gojek dan Grab berencana melakukan aksi merger.

Bahkan, salah satu sumber yang dimiliki Bloomberg pada Februari lalu mengatakan, petinggi kedua perusahaan telah melakukan pembicaraan awal mengenai potensi merger itu. Akan tetapi, isu itu buru-buru ditampik oleh perwakilan dari kedua perusahaan.

Namun kini, dengan adanya tekanan yang dialami oleh Grab, membuat peluang merger itu dinilai berpeluang terjadi. Terlebih kedua perusahaan sudah cukup lama bersaing secara head-to-head di Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Atsindo) Handito Joewono menilai konsolidasi atau merger Grab dan Gojek merupakan hal yang sangat mungkin terjadi saat ini.

Menurutnya, terdapat dua faktor yang memungkinkan hal tersebut.  Pertama, kuatnya dorongan bagi perusahaan rintisan untuk tumbuh.

"Di tengah pandemi tidak mudah untuk tumbuh bagi startup. Salah satu cara praktis adalah merger," ujar Handito kepada Bisnis, Rabu (18/6/2020).

Kedua, lanjutnya, di industri perusahaan rintisan berlaku rumus 'menjadi nomor 1 atau mati'.

Handito mengatakan hal tersebut menjadi faktor lain yang mendorong perusahaan untuk melakukan merger di tengah kondisi yang serba sulit.

Sementara itu, Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menilai persaingan Softbank dan Tencent sebagai investor masing-masing perusahaan membuat proses merger terkesan mengalami tarik ulur antara Grab dan Gojek.

Hal itu pula yang membuat rencana merger Grab dan Gojek urung terjadi hingga saat ini. Namun, jelasnya, secara finansial, merger antara kedua perusahaan dinilai akan memberikan keuntungan, terutama dari sisi valuasi dan kontrol pasar.

"Meskipun, ada risiko ketika kompetisi berkurang dan persaingan tidak sekeras sebelumnya jika merger dilakukan, maka yang dirugikan adalah pihak konsumen," ujar Edward.

Namun demikian, pendapat berbeda muncul dari Chairman Next Indonesia Unicorn (Nexticorn) Daniel Tumiwa. Dia menilai, kedua perusahaan masih berada pada fase growth mode.  Hal itu akan membuat kompetisi antara Grab dan Gojek masih akan terus berlangsung, baik di Indonesia maupun Asia Tenggara.

Penetrasi layanan, fitur, dan merchant pun dinilai akan terus dilakukan dalam rangka persaingan oleh keduanya tanpa adanya perubahan.

Daniel pun menyebutkan kemungkinan konsolidasi antara Grab dan Gojek pun tampaknya sekali lagi akan menemui ketidakpastian. Walaupun Grab sedang diliputi oleh tekanan akibat pandemi Covid-19.

"Indonesia game vs regional game. Jadi, akan terus push. No change," tegas Daniel.

Menarik dinantikan, bagaimana kelanjutan bisnis duo superapp Asia Tenggara tersebut. Apakah akan melanjutkan persaingan atau justru berkonsolidasi demi menciptakan kekuatan yang lebih besar di Asia Tenggara.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper