Ngebut di Masa Pandemi, Ini Sederet Investor yang 'Bakar Duit' di Gojek

Rahmad Fauzan
Sabtu, 6 Juni 2020 | 12:33 WIB
Warga mengorder ojek online di Jakarta./Bisnis-Abdurahman
Warga mengorder ojek online di Jakarta./Bisnis-Abdurahman
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Aplikasi Karya Anak Bangsa, entitas pengelola aplikasi Gojek melaju semakin kencang dalam beberapa waktu belakangan.

Pandemi virus corona (Covid-19) yang menjadi momok bagi perekonomian global ternyata tidak menghalangi investor untuk tetap mengucurkan modal ke aplikasi tersebut.

Betapa tidak, pekan ini saja dua perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat, yakni Facebook Inc. dan PayPal Holdings, Inc., mengucurkan modal kepada Gojek.

Pihak Facebook mengatakan investasi tersebut bertujuan mendigitalisasi bisnis berskala mikro dan kecil. Sementara PayPal, jika dilihat dari model bisnis perusahaan, tampak tidak akan jauh merambah sektor keuangan.

Lebih jauh, sebagai superapps yang merupakan gaya bisnis berbasis teknologi di China, keterlibatan perusahaan-perusahaan raksasa di Gojek kemungkinan adalah upaya membentuk ekosistem aplikasi all-in-one serupa seperti WeChat dan Alipay.

Hal itu bukanlah sesuatu yang aneh. Menurut pengamat ekonomi digital Universitas Indonesia Fithra Faisal, penerapan model superapps seperti WeChat dan Alipay di China dinilai relevan diterapkan di Indonesia

"Karena model tersebut mampu membantu suatu perusahaan dalam mencapai efisiensi serta melakukan pengembangan yang berkesinambungan," ujar Fithra kepada Bisnis, pekan ini.

Sampainya Gojek di titik ini merupakan perjalanan panjang yang dibangun kurang lebih selama 6 tahun sejak startup besutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim meraup pendanaan pertamanya pada 2014 silam.

Setahun sebelum aplikasi Gojek diluncurkan pada 2015, perusahaan meraup modal awal dalam pendanaan Seri A dari dua investor asal Singapura, Openspace Ventures dan Capikris Foundation, dengan nilai tidak disebutkan.

Pendanaan tahap awal tersebut cukup untuk mengantarkan Gojek hingga ke pendanaan berikutnya pada 2015. Perusahaan berhasil meraup pundi-pundi dari sejumlah investor dalam pendanaan Seri B, yakni Sequioa Capital asal India, DST Global dari Hongkong, dan Openspace Ventures.

Seperti pendanaan sebelumnya, nilai investasi yang kali ini dikucurkan juga tidak diungkapkan kepada publik.

Pada 2016, investasi ke Gojek lebih intensif. Tercatat, dilakukan dua kali pendanaan. Pertama, putaran pendanaan Seri C yang diikuti oleh dua investor, yakni Rakuten asal Jepang dan Openspace Ventures, dengan nilai yang tidak dipublikasikan.

Tidak berselang lama, dana kembali digelontorkan. Kali ini modal dikucurkan oleh 10 perusahaan dalam pendanaan Seri D yang dipimpin oleh dua investor asal Amerika Serikat, yaitu Kohlberg Kravis Roberts & Co. (KKR) dan Warburg Pincus.

Investor lain yang turut berpartisipasi, di antaranya DST Global, Northstar Group (Singapura), Farallon Capital Management (AS), Rakuten, dan Sequio Capital India, dengan nilai investasi US$550 juta.

Melalui pendanaan tersebut, valuasi Gojek diperkirakan naik hingga mencapai US$1,2 miliar dan memosisikannya sebagai perusahaan berstatus unikorn.

Tahun 2017, Gojek kembali meraup dana dari perusahaan asal Singapura, K3 Ventures, dalam pendanaan Seri D dengan nilai yang tidak dipublikasikan.

Berdasarkan informasi yang dipublikasikan, Investasi dari K3 Ventures merupakan satu-satunya pendanaan yang diraup Gojek pada tahun itu.

Pada 2018, perusahaan kembali meraup pundi-pundi. Kali ini, investasi diperoleh dari 11 perusahaan yang dipimpin raksasa asal China, Tencent Holdings.

Selain Tencent, terdapat 10 perusahaan lain yang turut berpartisipasi dalam pendanaan Seri E tersebut, di antaranya Via ID, PT Astra International Tbk. - TSO Salemba (Indonesia), New World Strategic Investment (Hongkong), Meituan-Dianping (China), dan JD.com (China).

Dari pendanaan Seri E tersebut, Gojek disebut-sebut berhasil meraup uang senilai US$1,5 miliar.

Masih pada tahun yang sama, Gojek kembali memeroleh modal. Dalam pendanaan Seri F yang diikuti oleh perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat, yakni Google, Gojek berhasil meraup US$920 juta. 

Setahun kemudian, lebih tepatnya Maret 2019, dana kembali mengucur ke kantong perusahaan melalui investasi tunggal yang dikucurkan oleh PT Astra International Tbk. dalam pendanaan Seri F dengan nilai tidak disebutkan.

Kejutan di Tengah Pandemi

Memasuki 2020, situasi dan kondisi tiba-tiba menjadi sulit bagi dunia bisnis. Perusahaan-perusahaan yang berkecimpung di dalam ekosistem startup pun dilanda oleh guncangan yang disebabkan oleh Covid-19.

Pada kuartal I/2020, investor yang menanamkan modal di startup-startup Indonesia mulai meninggalkan metode bakar uang dan fokus ke investasi berorientasi profit. Perusahaan-perusahaan rintisan diseleksi sesuai dengan prospek yang dimiliki dan banyak investor yang wait and see.

Menjelang akhir kuartal II/2020, kabar mengejutkan datang dari Gojek. Dua perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat, yakni Facebook Inc. dan PayPal Holdings, Inc., mengucurkan modalnya.

Dalam keterangan resminya pihak Facebook berencana mengembangkan bisnis dan meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Selain itu, Facebook akan menggunakan salah satu unit usahanya, yakni WhatsApp, untuk memudahkan komunikasi antara pelaku usaha dan konsumen melalui ekosistem superapps Gojek.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Rivki Maulana
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper